BONTANGPOST.ID, Bontang – Krisis tenaga pendidik mulai membayangi sektor pendidikan di Kota Bontang. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) mencatat, sepanjang 2025 jumlah guru yang memasuki masa pensiun diperkirakan mencapai 70 hingga 100 orang. Lonjakan tersebut dinilai cukup serius karena berpotensi menimbulkan kekosongan pengajar, terutama di jenjang SD dan SMP.
Kepala Disdikbud Bontang Abdu Safa Muha, mengungkapkan kondisi tersebut saat menghadiri kegiatan pendidikan di Bontang, Minggu (30/11/2025). Ia menegaskan bahwa pensiun massal guru perlu diantisipasi segera agar tidak mengganggu proses pembelajaran di sekolah.
“Bayangkan, dalam satu tahun kita bisa kehilangan sampai 100 guru. Itu baru SD dan SMP. Tanpa langkah cepat, kualitas layanan pendidikan bisa terdampak langsung,” jelas Safa.
Di sisi lain, kebutuhan tambahan guru tidak dapat dipenuhi karena daerah tidak lagi memiliki kewenangan untuk merekrut tenaga honorer baru. Kebijakan nasional yang memperketat sistem pengangkatan pegawai membuat sekolah semakin kesulitan mengisi kekosongan tenaga pendidik.
“Kami tidak diperbolehkan mengangkat honorer baru, sementara di lapangan sekolah sudah kekurangan guru. Jika tidak ada solusi, proses belajar bisa terganggu,” ujarnya.
Sebagai upaya mitigasi, Pemerintah Kota Bontang melalui Wali Kota telah melayangkan surat resmi kepada Kementerian Pendidikan. Surat tersebut berisi permohonan agar daerah diberikan toleransi atau kebijakan khusus untuk pemenuhan tenaga guru.
“Suratnya sudah dikirim dan ditandatangani langsung oleh Ibu Wali Kota. Harapannya ada kebijakan khusus karena kondisi tiap daerah berbeda,” kata Safa.
Meski demikian, ia memahami bahwa kebijakan pengangkatan guru berada sepenuhnya di level nasional. Prosesnya pun tidak bisa berlangsung cepat. Safa menilai, apabila pembukaan CPNS baru dilakukan setelah gelombang pensiun, sekolah berpotensi menghadapi kekosongan guru dalam waktu cukup lama.
“Kalau guru pensiun di 2025, tapi CPNS baru dibuka 2026, tentu ada jeda waktu yang membuat sekolah kelimpungan,” ungkapnya.
Saat ini jumlah guru di Bontang diperkirakan berada di kisaran 4.000–5.000 orang, mencakup guru negeri dan swasta. Namun berkurangnya tenaga pendidik hampir setiap bulan membuat kebutuhan riil di lapangan semakin mendesak.
“Kalau tidak segera ada rekrutmen, defisit guru akan makin besar,” tegas Safa.
Ia berharap pemerintah pusat segera memberikan kepastian agar daerah dapat mengantisipasi lebih awal. “Guru adalah ujung tombak pendidikan. Jika guru kurang, kualitas pendidikan yang akan dikorbankan. Ini yang harus kita jaga bersama,” pungkasnya. (ak)
















































