Dinkes Bontang Catat 42 Kasus Baru HIV di 2025, Didominasi Usia 25–49 Tahun

4 days ago 17

BONTANGPOST.ID, Bontang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang mencatat 42 temuan baru HIV sepanjang 2025. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2024 yang mencapai 67 kasus dan 2023 sebanyak 100 kasus.

Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bontang, Nur Ilham, mengatakan mayoritas kasus baru tahun ini masih terjadi pada kelompok usia produktif.

“Mayoritas temuan baru ada pada usia 25 sampai 49 tahun. Ini yang terus kita waspadai,” ujarnya.

Adapun rincian kasus baru HIV pada 2025 yakni empat orang berusia di atas 50 tahun, 29 orang usia 25–49 tahun, empat orang usia 20–24 tahun, dan lima orang usia 15–19 tahun.

Sejak 2016, total kasus HIV di Bontang mencapai 582 orang, terdiri dari 377 laki-laki dan 205 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 70 orang berusia 50 tahun ke atas, 409 orang usia 25–49 tahun, 71 orang pada rentang 20–24 tahun, dan 17 orang pada usia 15–19 tahun.

“Dari total tersebut, 397 orang tercatat masih menjalani pengobatan, 110 orang meninggal, dan 71 orang gagal follow-up atau putus pengobatan,” terang Ilham.

Ia menjelaskan bahwa penularan HIV paling sering terjadi melalui hubungan seksual tidak aman, baik antara laki-laki dan perempuan maupun sesama jenis. Penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian serta kontak darah melalui luka terbuka, donor darah, atau transfusi darah juga menjadi faktor risiko.

“Jadi HIV ini tidak menular melalui berjabat tangan, bersin, atau kontak fisik biasa. Secara garis besar menular melalui kontak darah dan hubungan badan,” tegasnya.

Untuk pencegahan, Dinkes Bontang aktif melakukan sosialisasi melalui seluruh puskesmas, menyasar pelajar SD, remaja, dewasa, hingga orang tua. Edukasi mencakup pemahaman bahaya HIV/AIDS, risiko penggunaan jarum suntik, hingga kesehatan reproduksi.

Fasilitas kesehatan disebut telah menerapkan SOP ketat pada skrining darah, sehingga masyarakat diimbau rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Terutama pasangan yang hendak menikah, termasuk tes sifilis, Hepatitis B, dan HIV,” ungkapnya.

Ibu hamil juga menjadi prioritas pemeriksaan. Jika ditemukan indikasi virus, penanganan dilakukan sejak awal melalui terapi antiretroviral (ART) selama kehamilan, persalinan caesar bila viral load tinggi, pemberian obat ARV kepada bayi setelah lahir, serta anjuran tidak memberikan ASI langsung jika memungkinkan.

Hingga kini belum ada obat yang dapat menghilangkan HIV secara total. Namun obat Antiretroviral (ARV) mampu menekan jumlah virus sehingga penderita dapat hidup sehat dan menurunkan risiko penularan.

“Virus ini menyerang imunitas sehingga memicu komplikasi. Karena itu pengobatan ARV sangat penting agar virus tidak berkembang,” jelas Ilham.

Dinkes Bontang mengajak masyarakat untuk tidak ragu melakukan pemeriksaan dini dan menjaga perilaku aman.

“Semakin cepat ditemukan, semakin besar peluang penanganan yang efektif dan mencegah penyebaran kepada orang lain,” pungkasnya. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |