Dinasti Politik 2.0

1 day ago 9

Herdiansyah Hamzah

Dosen Fakultas Hukum Unmul, anggota KIKA dan SPK.

APAKAH keterpilihan seseorang untuk memimpin organisasi tertentu, meski ia bukan bagian dari keluarga pejabat pemerintahan, tetap dapat disebut sebagai “politik dinasti”? Pertanyaan ini mengemuka seiring dengan dinamika yang terjadi dalam berbagai pertarungan perebutan organisasi di setiap level dan tingkatan.

Dalam obrolan warung kopi, seringkali kali kita mendengar pernyataan, “yang menang adalah mereka yang didukung gubernur”, atau “kalau tidak dapat tiket dari gubernur, mundur saja”. Ini bukan isapan jempol belaka.  Tapi realitas politik yang tidak tumbuh dan berkembang dalam ruang kosong. Di Kaltim, obrolan semacam ini sudah menjadi rahasia umum yang rasanya sulit untuk dibantah. Ada semacam premis yang berkembang.

Jika gubernur tidak hanya memberikan “kartu truf” bagi keluarganya secara langsung, tapi juga menyokong orang-orang dalam inner-circle-nya (pendukung, tim sukses, kolega, dan lainnya) untuk menempati pos-pos jabatan tertentu, baik dalam pemerintahan maupun dalam organisasi-organisasi tertentu.

Memang benar pepatah yang mengatakan, “the winner takes it all”, tapi bukan berarti seorang pemenang menjadi kalap dan mengabaikan prinsip “meritokrasi” dalam membangun pemerintahannya. Selain memberikan peran strategis untuk keluarganya, gubernur disebut-disebut mendukung dan menempatkan seseorang berdasarkan relasi kedekatannya. Sehingga memicu polemik di tengah masyarakat.

Pertama, diduga mendukung Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Provinsi Kaltim. Putri Amanda Nurramadani, anak muda yang masih berusia 23 tahun ini, terpilih menjadi ketua Kadin Kaltim periode 2025-2030.

Namun keterpilihan ini menyisakan banyak kontroversi. Bukan soal dirinya yang dianggap merepresentasikan kalangan anak muda, namun isu kedekatannya dengan Gubernur Kaltim, Rudi Mas’ud.

Putri dianggap kerabat dekat sang gubernur. Namun ketika ditanya, Putri memilih enggan menjawab. “Saya no comment yah”, ucapnya sambil memilih menjauhi awak media. Kedua, penunjukan dewan pengawas RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda. Penunjukan Dr Syahrir A Pasiringi dan Dr Fridawaty Rivai, yang notabene berasal dari luar daerah Kaltim, menuai kontroversi sebab alasan keterpilihannya karena disebut-sebut dosen dari adik gubernur.

Ketiga, keterpilihan ketua KNPI yang juga disebut-sebut mendapat restu dan dukungan dari gubernur. Secara genealogi politik, Andrie Afrizal yang terpilih sebagai ketua KNPI Kaltim, dianggap memiliki kedekatan dengan gubernur, mengingat yang bersangkutan adalah ketua KNPI Balikpapan, yang notabene adalah basis teritorial yang dipimpin oleh keluarganya, Rahmad Mas’ud. Apakah deretan peristiwa ini adalah bentuk politik dinasti?

Dinasti Politik

Hal pertama yang harus didudukkan dengan baik adalah peristilahan, terutama antara dinasti politik dan politik dinasti. Secara harfiah, ada perbedaan terminologi antara dinasti politik dengan politik dinasti. Dinasti politik merujuk kepada entitas politik yang cenderung sudah matang (established).

Sedangkan politik dinasti atau politik kekerabatan merujuk kepada pilihan pendekatan yang digunakan oleh entitas politik yang relatif baru atau pertama kali muncul (emerging). Namun kedua peristilahan tersebut, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ibarat keping mata uang, kedua sisinya saling terhubung dan tidak bisa dipisahkan.

Namun pada intinya, keduanya memiliki kesamaan makna intrinsik, yakni kekuasaan yang secara turun temurun diwariskan kepada satu kelompok keluarga yang umumnya berdasarkan hubungan sedarah. Dalam konteks tulisan ini, penyebutan “dinasti politik” bermakna integral dengan konsep “politik dinasti”.

Secara teoritis, Jemma Purdey (dengan merujuk McCoy, 2002 dan Teehankee, 2001), mendefinisikan dinasti politik sebagai bentuk kemampuan sebuah keluarga untuk mewarisi dan mengakumulasi kekuasaan dan kekayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan seringkali berfungsi di berbagai sistem politik dan lintas.

Andrew J. Masigan dalam sebuah opininya di media Business Word yang berjudul“Evils Of Political Dynasties”, memberikan pendapatnya sebagai berikut: “Kapan keluarga politik menjadi dinasti politik? Dinasti politik didirikan dalam dua contoh. Pertama, ketika pejabat pemerintah terpilih digantikan oleh anggota rumah tangganya sampai tingkat kerabat atau afinitas pertama. Kedua, ketika beberapa anggota keluarga menduduki berbagai posisi dalam pemerintahan secara bersamaan”.

Dinasti Politik 2.0

Dinamika politik kontemporer memberikan fakta sekaligus fenomena bahwa dinasti politik tidak lagi disempitkan sebatas politik yang didasari oleh relasi kekeluargaan. Politik dinasti telah mengalami “metamorfosis”, dimana tidak lagi sekedar dimaknai sebagai hubungan sedarah, namun juga ekspansi politik yang saling menopang dengan jaringan yang lebih luas, baik teman-teman dekat, kolega, maupun orang-orang terpercaya.

Sehingga membentuk apa yang disebut sebagai kelompok keluarga politik (political family group). Kelompok inilah yang membangun sekaligus mempertahankan kekuasaan, yang tidak hanya dilandasi oleh relasi kekerabatan, tetap juga berdasarkan loyalitas serta kepentingan bersama dalam politik. William R. Adan, seorang pensiunan profesor dan mantan rektor Universitas Negeri Mindanao, Filipina, mendefinisikan dinasti politik tidak lagi sebatas relasi kekeluargaan.

Namun lebih dari itu, dinasti politik mengalami evolusi dimana dinasti politik dimaknai sebagai bentuk kontrol dalam distribusi kekuasaan dan manfaat ekonomi dari suatu wilayah yang ditentukan secara politik. Inilah gerasai kedua dari dinasti politik atau yang bisa kita sebut juga sebagai “Dinasti Politik 2.0”, yakni entitas politik yang tidak sekedar mewariskan tongkat estafet kekuasaan kepada keluarganya berdasarkan hubungan sedarah, tapi juga membuka jalan lebar-lebar bagi teman-teman dekat, kolega, maupun orang-orang terpercaya yang berada di sekeliling kekuasaannya.

Jadi apakah peristiwa-peristiwa keterpilihan seseorang dalam organisasi sebagaimana disinggung di awal tulisan ini adalah bentuk politik dinasti? Orang yang masih memelihara kewarasan berpikirnya, tidak akan sulit untuk menjawabnya!!! (riz)

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |