BONTANGPOST.ID, Kutai Timur – Suasana tenang di Sungai Bengalon, RT 01 Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon, mendadak berubah mencekam pada Minggu (21/12/2025) petang. Niat mencari nafkah dengan memasang jaring ikan, Beddu Bolong (45), justru berujung tragis di hadapan dua rekannya.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta itu tewas setelah diterkam dan diseret buaya ke dasar sungai. Peristiwa nahas tersebut terjadi sekitar pukul 18.20, saat kondisi mulai gelap menjelang malam.
Kapolres Kutai Timur AKBP Fauzan Arianto melalui Kapolsek Bengalon AKP Asriadi membenarkan kejadian tersebut. Ia menjelaskan, korban pergi bersama dua saksi, Melkisedek (25) dan Kripinus Minggu (28), untuk memasang pukat di lokasi yang biasa mereka gunakan.
“Kronologinya, dua rekan korban berada di atas pematang sungai memegang ujung jaring, sementara korban turun ke air untuk membentangkan jaring ke tengah sungai,” ungkap AKP Asriadi, Senin (22/12/2025).
Belum sempat jaring terbentang sempurna, seekor buaya tiba-tiba muncul dan langsung menyambar tubuh korban. Korban sempat berteriak meminta pertolongan.
“Namun kedua saksi panik dan ketakutan. Mereka tidak dapat melakukan penyelamatan karena buaya menyeret korban ke dalam air dan situasi sangat berbahaya,” jelasnya.
Setelah korban menghilang, kedua saksi segera meminta bantuan warga dan keluarga. Pencarian sempat dilakukan malam itu juga, namun dihentikan karena jarak pandang terbatas dan kondisi sungai yang membahayakan.
Pencarian kembali dilanjutkan keesokan harinya. Pada Senin (22/12/2025) sekitar pukul 08.45, jasad Beddu Bolong akhirnya ditemukan oleh tim gabungan bersama warga.
“Korban ditemukan tidak jauh dari lokasi awal kejadian. Jenazah kemudian dievakuasi ke Puskesmas 110 Desa Tepian Baru sebelum diserahkan kepada pihak keluarga,” kata AKP Asriadi.
Kapolres Kutim AKBP Fauzan Arianto menyampaikan duka cita mendalam atas kejadian tersebut. Ia mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai.
“Kami mengingatkan warga untuk menghindari aktivitas di sungai pada jam-jam rawan, terutama saat senja hingga malam hari, demi keselamatan,” tegasnya.
Kasus ini kembali menambah daftar konflik antara manusia dan satwa liar di wilayah perairan sungai Kalimantan Timur. (*)















































