Bersatu Berbenah, Bontang Berjaya, Masyarakat Sejahtera

6 hours ago 4

Oleh: dr Hj Neni Moerniaeni, Sp.OG (Wali Kota Bontang)

DUA puluh enam tahun bukan waktu yang singkat bagi sebuah kota untuk tumbuh dan bertransformasi. Bontang, yang dahulu hanya berupa kawasan kecil di pesisir dengan semangat nelayan dan masyarakat sederhana, kini berdiri tegak sebagai kota industri, maritim, sekaligus tempat yang nyaman untuk ditinggali.

Sejak pertama kali diberi amanah memimpin kota ini, saya meyakini bahwa pembangunan tidak bisa berjalan sendiri. Ia tumbuh dari kebersamaan, dari tangan-tangan warga yang tulus bekerja dan mencintai kotanya. Karena itulah, setiap langkah yang kami ambil selalu berangkat dari semangat bersatu dan berbenah — semangat yang hari ini menjadi tema besar ulang tahun ke-26 Kota Bontang.

Awal 2025 menjadi momentum penting bagi saya dan Wakil Wali Kota, Bapak Agus Haris. Kami memulai kepemimpinan dengan tekad untuk bergerak cepat. Hasilnya, lahirlah 17 program kerja 100 hari yang kami rancang bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk langsung menjawab kebutuhan warga.

Kami ingin setiap program terasa manfaatnya — dari kelurahan hingga RT, dari pesisir hingga perumahan. Di bidang kesehatan, kami menghadirkan pemeriksaan gratis bagi warga yang berulang tahun, program Puskesmas Kunjung Sekolah, layanan gizi balita, senam lansia, hingga perhatian pada kesehatan jiwa melalui Mental Health Bontang.

Dalam bidang sosial dan lingkungan, lahir program Tengok Tetangga. Sebuah gerakan sederhana tapi menyentuh: mengetuk pintu rumah warga, memastikan kondisi ibu hamil, anak-anak, dan lansia terpantau dengan baik. Ada pula Gerakan Jumat Bersih, Bersih Sungai dan Pesisir Laut, Bank Sampah di setiap RT, serta Gerakan Bersih Rumah Ibadah yang memperkuat spiritualitas sekaligus kebersihan tempat ibadah kita.

Di sektor pendidikan dan budaya, kami menumbuhkan kembali budaya belajar anak-anak lewat Gerakan Wajib Belajar Malam pukul 19.00–21.00 Wita, dan membiasakan mereka dengan Baca Al-Qur’an serta Salat Duha sebelum belajar. Kami juga mengajak ASN untuk berpuasa sunnah Senin–Kamis dan meniadakan konsumsi rapat di hari-hari tersebut, sebagai simbol pengendalian diri dan kedisiplinan.

Sementara di bidang ekonomi kerakyatan, kami menetapkan Zero Kemiskinan Ekstrem sebagai prioritas utama. Kami mulai dari validasi data berbasis RT, agar setiap intervensi tepat sasaran. Balai Latihan Kerja kami hidupkan kembali untuk mencetak tenaga kerja siap pakai, dan Rembuk Bontang menjadi wadah warga untuk terlibat langsung dalam pembangunan.

Alhamdulillah, hasilnya mulai terlihat. Dalam waktu singkat, angka kemiskinan ekstrem menurun, data stunting semakin akurat, dan semangat gotong royong masyarakat tumbuh kembali.

Bontang: Rumah Kita, Masa Depan Kita

Saya percaya, membangun kota bukan sekadar menambah gedung atau mempercantik taman. Membangun kota berarti membangun kesadaran, karakter, dan persatuan warganya. Di usia ke-26 tahun ini, Bontang semakin dewasa — bukan hanya dalam pembangunan fisik, tetapi juga dalam kedewasaan sosial dan budaya.

Kita telah melewati masa-masa sulit, dari pandemi hingga tantangan ekonomi global. Namun, Bontang selalu punya cara untuk bangkit. Kuncinya satu: bersatu. Karena hanya dengan bersatu, kita bisa berbenah; dan dengan berbenah, kita akan berjaya.

Mari kita jadikan momentum ulang tahun ke-26 ini sebagai refleksi dan pengingat bahwa perjalanan ini masih panjang. Di depan, kita akan terus berlari bersama — pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat — untuk menjadikan Bontang kota yang semakin maju, sejahtera, dan berkelanjutan.

Bontang bukan sekadar kota tempat kita tinggal. Ia adalah rumah kita, tempat kita menanam cinta, bekerja, dan berbakti.

Selamat ulang tahun ke-26 Kota Bontang. Bersatu Berbenah, Bontang Berjaya, Masyarakat Sejahtera. (edw)

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |