Wawancara Steffi Zamora dan Daffa Wardhana: Syuting Beda Negara

5 days ago 20

PENGALAMAN syuting film Pengin Hijrah tak bisa dilupakan begitu saja oleh Steffi Zamora dan Daffa Wardhana. Film drama religi yang disutradarai oleh Jastis Arimba ini melakukan syuting di empat lokasi berbeda, yaitu Jakarta, Bogor, Belitung, hingga Uzbekistan.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Logo

Film ini mengikuti perjalanan Alina (Steffi Zamora) dalam menemukan ketenangan di tengah berbagai guncangan hidup yang dialaminya. Ia dipermalukan di kampusnya, setelah fotonya yang dianggap tak sopan menjadi perbincangan, akibat tindakan pacarnya, Joe (Daffa Wardana). Alina seperti mendapat keberkahan, ketika ia bertemu dengan Omar (Endy Arfian), dan keduanya kembali bertemu di Uzbekistan.

Dalam wawancara bersama Tempo pada Selasa, 23 September 2025, Steffi Zamora dan Daffa Wardhana mengungkapkan hal pertama yang paling menarik perhatian mereka saat menerima tawaran film ini adalah pemilihan lokasi syutingnya. Selain menyukai cerita yang dihadirkan, mereka sangat tertarik ingin pergi ke Uzbekistan dan Belitung.

Di sisi lain, Pengin Hijrah yang tayang di bioskop pada Kamis, 30 Oktober 2025 menjadi film religi pertama untuk Steffi Zamora. Awalnya, ia mengaku ragu dan takut pada ekspektasi orang. Namun, seiring berjalannya waktu, Steffi menemukan sesuatu yang mampu menghilangkan rasa khawatirnya. Baik Steffi maupun Daffa, keduanya mendapatkan pelajaran hidup bermakna, terutama tentang perjalanan spiritual yang menjadi fokus utama dalam film yang diadaptasi dari novel laris berjudul sama karya Hengki Kumayandi ini.

Poster film Pengin Hijrah. Foto: Instagram @penginhijrahfilm.

Bagaimana cerita kalian mendapatkan tawaran bermain di film Pengin Hijrah?

Daffa: Kalau buat aku sih seperti melewati proses casting film-film lain, di mana aku waktu itu ditawarkan dengan casting director-nya untuk proyek ini. Dan menarik sekali karena inisiasi plan-nya itu kami syuting di empat lokasi, Jakarta, Bogor, Belitung, dan juga Uzbekistan. Itu kan menjadi sebuah daya tarik yang sangat besar buat aku. Pengin, siapa tahu rezeki, kalau enggak ke Uzbekistan pun, Belitung juga lokasi yang cukup jarang di-shoot dalam perfilman Indonesia. Mungkin juga selain Laskar Pelangi saya belum ingat sih ada film apa lagi di Belitung.

Kalau buat aku, main film di lokasi yang eksotik, dalam artian belum banyak di-shoot, itu poin plus dan bonus banget. Karena kan biasanya syuting itu kalau enggak di Jakarta, Jogja, atau Bali. Nah, kalau di luar dari tiga ini kan jadi ‘wah, apa nih, apa yang bisa di-shoot?’

Steffi: Kalau aku sejujurnya, awalnya tergiur karena Uzbekistan. Jujur saja ya, karena pas dibilang syutingnya di empat lokasi tersebut, terus habis itu ada yang di Uzbekistan, ‘wah seru banget ya di Uzbekistan. Ada apa ya di Uzbekistan?’ Terus habis itu ternyata pas baca naskah dan casting, dan ketemu sama produser, dan langsung jatuh cinta banget. Kebetulan banget waktunya juga pas, terus karakter Alina juga aku suka banget.

Pemeran film ‘Pengin Hijrah’ Daffa Wardhana (kanan) dan Steffi Zamora ketika melakukan media visit ke Kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, 23 September 2025. Tempo/Bintari Rahmanita

Berapa lama syuting di Uzbekistan?

Daffa: 10 hari. Menariknya, kami syuting akhiran film dulu, baru awalnya di Belitung. Itu sebuah tantangan pasti buat kami yang memainkan. Karena kami sudah nge-set ending-nya, apalagi buat karakter Alina. Berarti awalnya kami harus diimajinasikan.

Apa tantangan saat syuting di Uzbekistan?

Steffi: Aku waktu itu sempat ada masalah dengan paspor aku, karena paspor aku masih enggak ada di tangan aku di saat harus berangkat. Aku jadinya telat berangkat. Semuanya sudah pada berangkat, terus pas sampai sana aku mendarat benar-benar langsung syuting. Terus dingin banget, perubahan dari Jakarta ke Uzbekistan dengan segala macam, hectic, karena aku berangkat sendiri. 

Tiba-tiba sampai langsung syuting adegan puncak nangis-nangis. Tapi karena baru pertama kali syuting luar negeri yang benar-benar dingin sedingin itu, jadi kayak menggigil tapi harus nangis. Biasanya di Jakarta, langsung nangis aja, karena menggigil jadi bingung untuk mengeluarkan emosinya, kayak ketahan sama menggigil itu. Itu sih menantang, tapi seru juga. Oh iya, makanan juga ya mungkin kurang cocok sama lidah orang Indonesia.

Ini adalah film religi pertama Steffi, apa yang membuat Anda menerimanya?

Steffi: Sebenarnya awalnya agak takut pas tahu judulnya, Pengin Hijrah, kayak berat banget ya. Kayaknya bukan aku banget, aku juga bukan religius banget. Aku takutnya orang-orang berekspektasi tinggi. Ternyata pas aku baca, enggak. Sebenarnya judulnya aja, pas nonton sama sekali enggak berasa film religi sih. Dikemasnya dengan sangat-sangat ringan. Perubahan hijrahnya itu bukan tiba-tiba. Tapi proses Alina itu berubah menjadi lebih baik. Proses hijrah itu pasti enggak mudah, jadi ada tantangan dan segala macamnya. Itunya yang di-highlight sebenarnya. Terus banyak juga adegan-adegan romantis yang cheesy juga, jadi lucu, kayak rom-com sedikit. 

Pemeran film ‘Pengin Hijrah’ Steffi Zamora (tengah) ketika melakukan media visit ke Kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, 23 September 2025. Tempo/Bintari Rahmanita

Apa bedanya dengan genre lain?

Steffi: Karakternya. Karakter Alina ini agak lebih dewasa. (Genre) Yang lain-lain mungkin biasanya aku lebih antagonis, atau kalau horor biasanya seperti itu saja, enggak di-highlight proses dewasanya. Tapi kalau ini benar-benar Alina anak kuliahan, dewasa, terus karakternya segar. Aku belum pernah main kayak gini. Terus disambut dengan Daffa, Endy, semuanya itu jadi lengkap.

Apa yang perlu disiapkan untuk karakter Joe?

Daffa: Sebenarnya ada kemiripannya. Di umur-umur aku sekarang ini, masa-masa ambisi dan pengin bekerja keras, mempunyai mimpi tinggi itu terasa banget. Karakter aku, diri aku sendiri mempunyai mimpi yang sama. Namun sayangnya di sini, Joe itu mempunyai karakter trait yang bisa dibilang toxic positivity. Karena terambisinya dia, hasilnya dia cenderung untuk mempergunakan dan memperlakukan Alina dengan yang kurang baik. Di sini, Joe itu berperan sebagai pacar Alina, yang juga mengawal proses spiritualnya juga. 

Jadi Joe itu sebenarnya mempunyai mimpi yang baik buat Alina, tapi caranya itu salah. Semuanya, semua opportunity pengen coba digarap buat Alina. Karena kan Alina memang terpuruk juga secara sosial, utang keluarganya juga harus dia selesaikan. Jadi Jo ingin membantu, tapi caranya itu tidak benar, kurang tepat lah bisa dibilang. Dengan momen-momen yang tidak baik, jadi alhasil bukan yang berimbas baik terhadap karakternya Alina, jadi berimbas yang kurang baik. Dan ujungnya menjadi perjalanan spiritual karakternya Alina.

Pemeran film ‘Pengin Hijrah’ Daffa Wardhana ketika melakukan media visit ke Kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, 23 September 2025. Tempo/Bintari Rahmanita

Bagaimana pendekatannya untuk memerankan karakter Joe?

Daffa: Aku terus mencoba untuk mencari hal-hal yang dekat dulu dari diri aku. Joe itu mungkin ada ambisinya tapi hal-hal seperti keras kepalanya yang mungkin kurang ada di aku ya aku coba untuk mereferensikan dari teman-teman yang aku pernah ketemu atau film-film yang pernah aku tonton. Cuman di sini kami juga dikawal dengan acting coach juga namanya Bang Joko. Dia membantu membimbing kami untuk mengembangkan dari naskah itu bisa lebih lebih luas tapi juga tetap dalam arahan sutradara.

Berapa lama proses reading?

Daffa: Sekitar dua sampai tiga minggu. 

Steff: Enggak banyak reading, kami lebih banyak pengenalan karakter sama jatuhnya kayak ngongkrong. Setiap hari ketemu terus ngopi, bicarakan karakter, bicarakan naskah dan segala macam, tukar pikiran tentang apa perlu dirubah dan lain sebagainya.

Waktu itu acting coach kami enggak mau terlalu banyak reading banget. Dia mau kami memahami karakter satu sama lain. Itu yang memudahkan banget. 

Bagaimana persiapan sebelum syuting?

Steffi: Sebenarnya kami tanya ke Mas Jastis, sutradara kami, kami harus baca novelnya karena ini based on novel? Ternyata kata Mas Jastis, kami bikin versi filmnya yang berbeda banget, jadi percuma juga kalau baca.

Daffa: Kami diberitahu bahwa novel dan filmnya ini beda. Saat kami reading beberapa revisi naskah itu juga akhirnya ceritanya sedikit berbeda dengan tujuan yang baik, karena kan ujungnya film itu juga produk yang nanti dijual untuk penontonnya. Jadi bisa dilihat yang mana yang works, mana yang dari novel, tapi secara garis besar itu sama.

Pemeran film ‘Pengin Hijrah’ Steffi Zamora (kanan) dan Daffa Wardhana ketika melakukan media visit ke Kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, 23 September 2025. Tempo/Bintari Rahmanita

Apakah selama syuting banyak improvisasi?

Steffi: Aku kalau di sini enggak terlalu banyak improvisasi karena kami membenarkan hal-hal yang enggak enak itu pas reading. Jadi kami enggak reading tapi dikasih PR, “kamu coba deh baca di rumah apa yang bikin kamu merasa enggak nyaman di adegan ini, atau nyambung enggak adegan ini sama adegan ini emosinya?”

Kami juga harus pintar-pintar menjaga emosi kami, apalagi pertama syutingnya di Uzbekistan, terus habis itu ke Bogor, pokoknya naik turun. Jadinya benar-benar harus diingat waktu di Uzbekistan menangisnya bagaimana, takutnya terlalu dramatis.

Apa yang paling berkesan selama syuting di Uzbekistan?

Steffi: Aku enggak sangka ternyata Uzbekistan seindah itu. Kami kenal Uzbekistan dengan orang-orang yang cantik dan ganteng, aku rasa paling kayak Turki gitu, pemandangannya indah. Tapi pas ke sana, benar-benar indah banget, apalagi yang di gunung itu Amirsoy. Jadi itu di gunung es. Kami harus naik kereta gantung. Kami naik di situ sore-sore, indah banget. Di filmnya nanti itu benar-benar terasa luas dan indah banget. Jadi ternyata Uzbekistan itu indah, setiap sudutnya indah. Orang-orangnya cukup baik. 

Bagaimana cara menjaga mood saat mau syuting?

Steffi: Kalau aku, jujur saja, misalkan mood berantakan, kayak rollercoaster setiap hari, kalau sudah masuk set pasti akan berbeda. Apalagi kalau sudah “action”, pasti langsung jadi karakter Alina. Saat Alina berhijab, ada-ada sifat-sifatnya: kerja keras, terus keras kepala, itu ada. Tapi Alina ini karakter positif banget. 

Adegan mana yang paling berkesan dan sulit dilupakan?
 
Steffi: Menampar Joe, dan itu scene pertama kami. Aku enggak bisa tampar karena aku takut. Akhirnya kami ulang-ulang lagi.

Pemeran film ‘Pengin Hijrah’, Steffi Zamora ketika melakukan media visit ke Kantor Tempo, Palmerah, Jakarta, 23 September 2025. Tempo/Bintari Rahmanita
 
Daffa: Aku sejujurnya pasti di Belitung. Kami sempat juga syuting di lokasi syutingnya Laskar Pelangi. Sampai ada batu tertulis “ini adalah lokasi syuting Laskar Pelangi.” Aku amazing saja. Laskar Pelangi cukup mewakili masa kecil aku. Dan sekarang sudah sekitar 20 tahunan, pesan film itu masih kuat. Jadi di situ, aku makin terinspirasi. Ternyata film kalau works, pesannya bisa bertahun-tahun dan orang masih bertahan. Bukan hanya sebagai daya tarik untuk nonton dan dapet pesannya, tapi juga daya tarik wisata. Aku aja kemarin sempat sedikit merinding. “Wah, dulu di sini benar-benar yang namanya sejarah diciptakan.”

Bagaimana proses membangun chemistry?

Steffi: Selama dua minggu kami ketemu hampir setiap hari, itu membantu banget. Terus kami juga sudah pada kenal lama, jadi kami enggak canggung. Dan enggak susah karena kami berdua juga enggak yang romantis juga. Kami banyak konflik.

Daffa: Di sini kami diceritakannya berawal dari konflik.
 
Steffi: Tapi kalau enggak ada karakter Joe, perjalanan spiritualnya enggak akan ada. Karena sebenernya pemicunya itu Joe. Kalau enggak ada Joe, enggak ada masalah, sebenernya masalahnya sudah ada.

Apa pesan yang ingin disampaikan dari film ini?
 
Steffi: Mungkin orang agak skeptis karena ini film religi segala macem. Tapi menurut aku perjalanan hijrahnya Alina bisa relate sama banyak anak muda. Jadi bisa menginspirasi anak muda, kalau hijrah enggak semenakutkan itu. Hijrah itu enggak cuman tentang pakaian, tapi tentang berubah lebih baik. Aku harap penonton bisa dapetin itu dan enjoy nontonnya.

Daffa: Hijrah itu bukan tentang perjalanan spiritual tapi perjalanan hati juga. Yang ingin ditonjolkan dari film ini adalah semua berproses, bukan semena-mena kami ingin mengajarkan.

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |