Suara langkah di belakang rumah mengundang perhatian Feri Sulistyo Nugroho. Dia kemudian mendatangi sumber bunyi dengan langkah santai.
Tiba di pintu belakang rumah, Feri tersenyum. Suara itu ternyata berasal dari orang utan yang berjalan. Kera besar tersebut sedang memanen pisang yang berada di halaman belakang rumah Feri. “Biarkan saja, teman sendiri,” kata Pelaksana Tugas Director & Chief Operating Officer (COO) Badak LNG tersebut, saat bercerita di acara Media Gathering, 5 Juli 2025.
Feri menyebut dia sudah merasa berteman dengan satwa-satwa yang ada di sekitar rumahnya. Dia tinggal di Kompleks Perumahan Karyawan yang masih dalam satu kawasan kilang Badak LNG.
Di antara kompleks perumahan dan kilang, terdapat Hutan Kota seluas 7,4 hektare. Hutan itu menjadi rumah bagi empat individu orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio). “1 jantan, 2 betina, 1 anakan jantan, dan 1 bayi yang belum diketahui jenis kelaminnya,” kata Yosvaldo Gerry dari Plant Culture Tissue Nursery Badak LNG, kepada Bontang Post.
Selain itu, terdapat pula owa-owa, kancil, rusa, kucing hutan, elang hitam, burung paok, burung madu sriganti, dan burung rangkong yang juga menempati Hutan Kota. “Itu ada fauna yang dilindungi menurut Permen LHK Nomor P.106 Tahun 2018. Ada juga flora endemic jenis meranti merah yang berstatus terancam secara internasional,” terangnya.
Untuk habitat orang utan, areal seluas 7,4 hektare jelas tidak mumpuni. Menukil data Yayasan Konservasi Alam Nusantara, daerah jelajah orang utan bisa mencapai 850 hektare. Di habitatnya, orang utan jantan cenderung hidup menyendiri atau soliter. Biasanya, orang utan jantan hidup bersama beberapa betina dan anak yang akan dilindungi di wilayahnya.
Berkaca dari data tersebut, tidak heran jika orang utan di Kompleks Badak LNG kerap terlihat di areal perumahan. Pada 18 Maret 2025, mereka terekam kamera video warga tengah memanjat pohon mangga yang berada di depan rumah karyawan Badak LNG.
Meski tidak terlampau luas, Hutan Kota Badak LNG sudah mampu menjadi rumah yang aman dan nyaman bagi orang utan. Terbukti dengan kelahiran satu bayi orang utan. “Kami rutin melaporkan ke Balai Konservasi Sumberdaya Alam Kaltim terkait tindak lanjut dari orang utan tersebut,” ujar Yosvaldo.
Upaya lain yang dilakukan Badak LNG yakin meminta warga setempat untuk tidak memberi makan orang utan serta memprovokasi. “Kami juga meneruskan program penanaman pohon pakan di area koridor hijau satwa,” ungkapnya.
Pergerakan penghuni Hutan Kota dipantau menggunakan kamera jebak yang disebar di beberapa titik. “Kami juga melakukan pendataan mandiri dan pengamanan teritorial,” ucap Yosvaldo.
Untuk mempertahankan ekosistem Hutan Kota, Badak LNG menerapkan program TAPAK ETAM. Yakni, inovasi konservasi lima primata dilindungi di Kalimantan Timur. Program ini berhasil meningkatkan populasi primata endemik dari 24 individu pada 2019 menjadi 85 individu pada 2024, atau naik 254 persen dalam kurun enam tahun.
Bukan hanya di Hutan Kota, program TAPAK ETAM juga dilakukan di seluruh hutan konservasi Badak LNG. Secara keseluruhan luasnya mencapai 538 hektare. Di sana hidup juga primate lain yang dilindungi, yakni bekantan, lutung kelabu, serta lutung abu-abu kutai.
Dalam aspek konservasi keanekaragaman hayati, Badak LNG telah menjaga area seluas 535,84 hektar serta melakukan konservasi flora sebanyak 495.111 pohon dan 18.368 ekor fauna.
Kamera jebak yang terpasang di Hutan Kota Badak LNG.Asa di Tengah Tingginya Deforestasi
Keberadaan Hutan Kota Badak LNG yang jaraknya selemparan batu dari kilang gas menjadi potret yang patutu ditiru perusahaan lain. Sekaligus menjadi asa di tengah tingginya deforestasi.
Kalimantan yang mengklaim sebagai paru-paru dunia terus diserang penggundulan hutan. Juru Kampanye Auriga Nusantara Hilman Afif menyebut, Kalimantan mencatat deforestasi seluas 124.896 hektare. Ada aktivitas pengembangan kebun kayu 29.898 hektare, tambang 23.583 hektare, dan sawit 23.430 hektare.
“Angka ini mencakup 59 persen deforestasi di seluruh Pulau Kalimantan,” katanya dalam keterangan persnya. Sementara total deforestasi di Sumatera mencapai 91.248 hektare.
Sepanjang 2024, Kaltim menjadi daerah deforestasi tertinggi, yakni seluas 44.483 hektare. Selanjutnya Kalbar 39.598 hektare, dan Kalteng 33.389 hektare.
Dia menambahkan, 83 persen kabupaten/kota di Indonesia mengalami deforestasi. Total 68 kabupaten mencatat ada lebih dari 1.000 hektare hutan yang hilang.
“Kabupaten Kutai Timur sebagai daerah deforestasi tertinggi dengan 16.578 hektare,” tuturnya.
Masalahnya, hilangnya tutupan hutan mengancam keberadaan spesies langka. Contoh habitat orang utan kalimantan yang kehilangan 108.100 hektare. Selanjutnya harimau sumatera dengan 32.854 hektare dan badak sumatera sebesar 3.910 hektare. (*)


















































