BONTANGPOST.ID – Cerita klasik online shopper Balikpapan atau daerah di Kaltim.
Nemu casing HP lucu seharga Rp25.000 di marketplace. Begitu checkout, ongkirnya Rp 48.000 plus ongkir. Batal deh.
Kalau kamu pernah mengalami hal serupa, kamu tidak sendirian. Mahalnya ongkos kirim (ongkir) ke Kalimantan Timur secara luas merupakan keluhan abadi.
Tapi ini bukan sekadar perasaan, ada alasan logistik yang kompleks di baliknya. Yuk, kita kuliti tuntas!
1. Mayoritas Penjual Marketplace Berpusat di Jawa
Ini adalah akar masalahnya. Sebagian besar gudang dan penjual di marketplace seperti Shopee atau Tokopedia berada di Pulau Jawa (khususnya Jabodetabek & Surabaya).
Artinya, setiap paket yang Anda pesan harus menempuh perjalanan antarpulau yang panjang, baik via udara maupun laut.
Di Kaltim sendiri sebetulnya ada sejumlah toko dari Balikpapan dan Samarinda. Tapi jumlahnya sangat sedikit.
Dan tidak semua kebutuhan tersedia. Ya pada akhirnya, tetap pilih toko yang lokasinya di luar Kaltim, kan?
2. Pengiriman Cepat via Udara Itu Mahal
Untuk mengejar estimasi waktu pengiriman yang cepat, mayoritas jasa kirim reguler (J&T, JNE, Shopee Express) menggunakan pesawat kargo.
Biaya pengiriman per kilogram via udara secara inheren jauh lebih mahal daripada truk atau kapal. Inilah alasan utama kenapa ongkir satu kilogram barang saja bisa sangat tinggi.
3. Peran Balikpapan sebagai “Hub” Logistik Kaltim
Meski ongkir ke Balikpapan mahal, akan lebih mahal lagi untuk 9 kabupaten/kota lainnya di Kaltim.
Paket kamu tidak berhenti begitu mendarat di Balikpapan. Kota ini berfungsi sebagai pintu gerbang atau hub logistik untuk seluruh Kaltim.
Dari Balikpapan, paket-paket tersebut harus didistribusikan lagi melalui jalur darat yang panjang dan mahal ke Samarinda, Bontang, Sangatta, Paser, hingga Berau.
Biaya distribusi “mil terakhir” yang mahal ini dibebankan ke dalam struktur ongkir, bahkan untuk paket yang tujuannya hanya di dalam Balikpapan.
4. Volume Pengiriman yang Jomplang
Ini masalah klasik logistik. Pesawat dan kapal berangkat dari Jawa ke Kalimantan dengan muatan penuh. Namun, arus baliknya seringkali jauh lebih sedikit.
Akibatnya, biaya operasional “pulang kosong” ini harus ditutupi, dan itu dibebankan pada biaya pengiriman dari Jawa ke Kalimantan, membuat ongkirnya tetap tinggi.
5. Opsi Kargo Murah yang Terbatas
Layanan kargo darat/laut yang murah (JNE Trucking, SiCepat GOKIL, dll.) seringkali tidak tersedia untuk semua penjual atau semua wilayah di Kaltim.
Opsi ini juga jauh lebih lambat, sehingga banyak pembeli dan penjual yang terpaksa memilih layanan reguler (udara) yang lebih mahal.
6. Subsidi Ongkir yang Tak Maksimal
Program gratis ongkir dari marketplace seringkali memiliki syarat dan ketentuan yang lebih berat untuk pengiriman luar Jawa.
Kuota subsidi yang diberikan terkadang tidak cukup untuk menutupi biaya ongkir riil ke Kaltim, sehingga Anda tetap harus membayar sisa ongkir yang signifikan.
7. Ketimpangan Logistik di Indonesia
Ongkir mahal ke Kaltim adalah cerminan dari tantangan infrastruktur dan ketimpangan logistik antara Indonesia bagian barat dan timur.
Meskipun begitu, sebagai konsumen cerdas, selalu ada cara untuk menyiasatinya.
Karena bagi warga Kaltim, mendapatkan barang idaman dengan ongkir yang masuk akal adalah sebuah kemenangan tersendiri. (KP)