BONTANGPOST.ID, Sangatta – Sejak pertama kali mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat provinsi pada 2019, Nadita Aisyah Fitri konsisten bersinar. Tahun ini, perempuan asal Sangkulirang itu kembali mencatat sejarah.
Untuk pertama kalinya, ia turun di cabang Tilawah Dewasa Putri pada MTQ ke-45 tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang digelar di Kutai Timur (Kutim). Hasilnya Langsung menyabet juara pertama.
“Alhamdulillah pengalaman pertama di cabang tilawah dewasa, dan langsung bisa juara. Terharu dan senang banget,” ucap Nadita saat diwawancarai, Minggu, (20/7).
Ia bukan nama baru di dunia tilawah. Di tingkat provinsi, Nadita sudah lima kali berturut-turut meraih juara satu.
Empat kali di kategori remaja (2019, 2021, 2022, dan 2023), dan kini naik tingkat ke kategori dewasa.
Catatannya di level nasional tak kalah gemilang. Ia meraih Juara Harapan 1 Tilawah Remaja Putri di MTQ Nasional 2020 di Sumatera Barat, kemudian Juara Harapan 2 Tilawah Putri dalam Pekan Tilawatil Qur’an Tingkat Perguruan Tinggi Nasional 2022 di UIN Sunan Gunung Djati, Jawa Barat.
Puncaknya, ia keluar sebagai Juara 1 Tilawah Remaja Putri MTQ Nasional 2024 yang digelar di Kaltim.
Tahun ini, meski belum resmi diumumkan siapa wakil Kaltim ke MTQ Nasional, Nadita menyebut biasanya akan ada seleksi lanjutan.
“Tapi insyaallah tetap berusaha dan berdoa, semoga bisa terpilih lagi mewakili Kaltim di tingkat nasional,” ujarnya penuh harap.
Pencapaian itu bukan diraih instan. Untuk MTQ kali ini saja, ia menjalani pelatihan intensif selama tujuh bulan bersama kafilah Kutim.
“Latihannya padat. Tantangannya bukan hanya fisik, tapi juga mental. Tapi alhamdulillah semuanya terbayar,” ucap Nadita yang sehari-hari mengajar di TPA dan melatih tilawah anak-anak di kampung halamannya.
Darah tilawah mengalir sejak kecil. Ia mulai belajar mengaji di TPA saat SD, terinspirasi dari teman kelas yang bersuara merdu.
“Dari situ saya mulai tertarik. Ternyata membaca Alquran itu luar biasa berkahnya,” kata Nadita.
Ia juga menegaskan pentingnya peran guru dalam membentuk semangat juangnya. “Dulu guru saya bilang, kalau ikut lomba jangan setengah-setengah. Harus kejar prestasi tertinggi,” kenangnya.
Kini, dengan sederet piala dan prestasi di tangan, Nadita memandang masa depan dengan satu harapan besar, yakni tampil di ajang internasional sebagai duta Indonesia.
“Insyaallah, ingin sekali mewakili Indonesia di tingkat dunia. Itu salah satu cita-cita saya,” katanya.
Ketika suatu hari nanti tak lagi bertanding, Nadita ingin dikenal bukan hanya sebagai qoriah juara, tapi sebagai pengajar yang mampu menginspirasi generasi baru untuk mencintai dan memuliakan Alquran.
“Saya ingin seperti guru-guru saya, yang ilmunya memberi dampak dan semangat bagi banyak orang,” jelasnya.
Pesan terakhirnya sederhana tapi dalam. “Belajar Alquran itu bukan sekadar cari gelar, tapi mencari ridha Allah. Kalau niatnya benar, keberkahan pasti mengikuti,” pungkasnya. (kpg)