Kisah Mapflofa Unmul, dari Keraguan Menjadi Kebanggaan Kaltim

1 month ago 34

BONTANGPOST.ID, Samarinda – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapflofa atau Mahasiswa Penyayang Flora Fauna Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman (Unmul) menorehkan sejarah baru.

Untuk pertama kalinya sejak berdiri pada 1984, mereka berhasil menembus ajang penghargaan Wana Lestari tingkat nasional, setelah selama ini hanya bertahan di tingkat provinsi.

Wana Lestari merupakan bentuk apresiasi atau penghargaan yang diberikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi positif dalam upaya pelestarian lingkungan dan kehutanan.

“Wana Lestari ini sudah coba Mapflofa ikut beberapa kali, tapi cuma sampai tingkat provinsi. Nembus nasional ini perdana, terbaik 1 Kaltim dan naik ke nasional,” kata Wakil Ketua Mapflofa, Muhammad Syafi’i.

Mapflofa menjadi yang terbaik di Kalimantan Timur (Kaltim) dalam kategori Kelompok Pecinta Alam (KPA), sehingga berhak mewakili Bumi Etam di ajang nasional. Penilaian dilakukan oleh panitia pusat secara ketat, mencakup rekapan seluruh kegiatan, kontribusi konservasi, hingga kemandirian pendanaan organisasi.

“Kami juga ada badan usahanya, banyak aspek yang dinilai. Termasuk mandiri secara pendanaan. Jadi kami tidak hanya andalkan pendanaan dari fakultas. Ada sumber lain. Ada bukunya (terkait penilaian) panjang dan tebal,” tambahnya.

Menariknya, Syafi’i mengaku pihaknya sempat ragu untuk mendaftar. “Malah enggak pede. Tapi ya sudah, daftar aja lah, isi berkas dan lengkapi ini itu. Karena diminta mendaftar sama Dinas Kehutanan (Dishut) sini,” ujarnya sambil tertawa. Namun, keberanian mencoba itu membuahkan hasil besar.

Pada 2019 dan 2022, Mapflofa berhenti di tingkat provinsi. Baru pada 2025 ini mereka bisa menembus nasional. Informasi awal yang diterima, Mapflofa menempati peringkat 2 nasional kategori KPA, meski pengumuman resminya baru akan disampaikan saat penyerahan penghargaan 15 Agustus oleh Menteri Kehutanan di Jakarta.

Perjalanan menuju nasional dimulai Juni lalu. Kementerian Kehutanan melakukan audit langsung ke sekretariat Mapflofa, disusul permintaan paparan kegiatan oleh Dishut Kaltim.

“Tiba-tiba dihubungi via WhatsApp, orang Dishut itu ngehubungi. Rasanya di hari yang sama, jadi saya stand by di sekretariat untuk audit, ketua yang paparan ke Dishut,” kenang Syafi’i.

Mapflofa memiliki empat divisi yakni flora, fauna, lingkungan hidup, serta olahraga dan petualangan. Berbeda dari mapala (mahasiswa pencinta alam) lain, mereka fokus pada riset dan konservasi, bukan semata olahraga ekstrem.

“Bedanya, kami lebih ke riset, berhubungan sama lingkungan. Karena kami ada kayak mengenali jenis, nanti itu didokumentasikan. Jadi sejalan dengan jurusan kuliah kami juga di kehutanan,” jelasnya.

Program wajib organisasi itu adalah pengenalan jenis flora maupun fauna di lokasi-lokasi tertentu melalui pengamatan langsung. Hasil pengamatan setiap tahun diwujudkan dalam buku. Mulai dari topik kupu-kupu, hewan melata di sekitar kampus, mengenai karbon, hingga ecomedicine.

Syafi’i optimistis, penghargaan nasional itu akan memicu semangat baru. “Bakal ada impact besar di pengurus, jadi pengembang semangat teman-teman pengurus. Tapi enggak hanya pengurus aja, tapi juga Mapala Kalimantan,” pungkasnya. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |