BONTANGPOST.ID, Bontang – Gaffar (59) akhirnya pulang dengan perasaan lega. Dua malam terombang-ambing di laut lepas. Melangitkan asa, berharap selamat di tengah perairan.
Berangkat dari TPI Tanjung Limau, Sabtu (21/12/2024), Gaffar bersama dua rekannya berniat memancing. Menjelang sore, kapalnya mulai berlayar membelah laut. Tujuannya tak terlalu jauh.
Namun cuaca memang tidak dapat diduga. Malam semakin larut. Angin mulai tak bersahabat. Menyatu dengan dinginnya malam itu. Suasana mendadak berubah. Kala kapal yang ditumpangi ketiganya tak lagi seimbang.
Tak butuh waktu lama hingga akhirnya kapal terbalik. Tiga pria yang berada di atasnya tercebur. Gaffar terpisah dari dua rekannya. Tangannya lantas mencoba meraih pelampung dan memakainya. Lalu berupaya agar tetap berpegangan pada badan perahu yang sudah terbalik.
“Kukuh!” Gaffar berteriak lantang. Memanggil rekannya agar tetap berada di sekitar kapal. Namun, ia terpisah dari dua temannya itu. Gelap malam kian mencekam. Ia sendirian.
Lebih dari tiga puluh jam berlalu. Malam berganti pagi. Dua malam bertahan mengikuti arus. Berharap bantuan segera datang. Atau barangkali, ada yang melihat keberadaannya.
Ia sempat melihat satu kapal yang lewat. Namun posisinya terlalu jauh. Ia berteriak. Berharap suaranya terdengar di tengah luasnya lautan dan deru angin.
“Tapi mungkin terlalu jauh, jadi saya enggak dilihat,” sebutnya.
Diakuinya, ia bertahan hidup dengan minum air hujan. Ia juga memakan kepiting-kepiting kecil di sekitarnya. Tak ada cara lain untuk mengisi perutnya yang kosong. Lambungnya perih minta diisi. “Ternyata rasanya (kepiting) gurih juga,” kelakarnya.
Keyakinannya tetap kokoh. Keajaiban dapat datang kepada siapa saja. Tak terkecuali dirinya. Burung-burung terlihat beterbangan. Manik matanya menangkap sebuah tutup styrofoam berada di dekat seekor burung.
Tanpa berpikir panjang, ia berenang sekitar 50 meter ke arah styrofoam tersebut. Diraihnya benda putih itu, berharap dapat membantunya mengapung sedikit lebih tinggi.
“Saya tahu itu bukan styrofoam dari kapal kami. Tetapi styrofoam itu sangat membantu saya,” ujar dia.
Harapan masih mengakar di hatinya. Sebuah kapal tugboat melintas, terlihat dari kejauhan. Ia melepas pelampungnya. Membentangkannya ke atas agar dirinya dapat mendekat dengan bantuan angin. Memproyeksikan jalur kapal dan berenang dengan tenaga yang tersisa.
“Saya berenang mati-matian. Memotong jalur agar sampainya dekat dengan posisi kapal,” tuturnya.
Setelah berenang cukup jauh, akhirnya posisinya terlihat oleh awak kapal tugboat. Tangannya berhasil meraih pelampung berbentuk donat dilempar ke arahnya. Penantiannya berakhir. Ia akan kembali ke pelukan keluarganya.
Keberadaan Gaffar segera diketahui oleh tim penyelamatan yang telah mencari puluhan jam setelah ia dilaporkan hilang.
Tepat pada Senin (23/12/2024) sore, dirinya berhasil kembali ke daratan.
“Sepertinya posisi saya sudah jauh karena enggak mendengar ada kapal-kapal pencari. Tetap bersyukur bisa pulang,” pungkasnya. (*)