Februari Curah Hujan Turun tapi Warga Kaltim Tetap Waspada Cuaca Ekstrem

4 weeks ago 24

BONTANGPOST.ID, Balikpapan – Curah hujan di Kaltim baru mulai mengalami penurunan pada Februari. Itu berdasarkan prediksi Stasiun Meteorologi Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan.

Kepala Stasiun Meteorologi SAMS Sepinggan Balikpapan Kukuh Ribudiyanto mengatakan, puncak musim hujan di Kaltim berlangsung selama Desember dan Januari. Sementara curah hujan akan menurun pada Februari hingga akhir Maret.

Namun, hal yang terpenting tetap ada potensi hujan ekstrem selama Februari hingga akhir Maret. Meski intensitas hujan turun, kondisi curah hujan deras secara normal berkisar 50–100 milimeter.

“Sementara lebih dari 100 milimeter, masuk kategori hujan ekstrem,” tuturnya. Dia mengimbau masyarakat tetap harus waspada terhadap bencana hidrometeorologi basah imbas cuaca ekstrem.

Seperti banjir dan tanah longsor. “Terutama warga yang berada di kawasan rawan bencana,” imbuhnya. Sebab ada pola hujan sporadis yang menimbulkan hujan lebat dengan durasi pendek.

Kemudian potensi gelombang laut perlu menjadi perhatian nelayan. Khususnya jenis kapal kecil. “Gelombang laut pada Januari ini kisaran 1,5 meter untuk di laut lepas,” ujarnya.

Sedangkan gelombang di wilayah pesisir pantai 0,5 meter – 0,75 meter. Menurutnya itu sudah masuk kategori sedang. “Nelayan harus waspada untuk gelombang 0,75 meter bisa saja mengganggu nelayan,” katanya.

Nelayan perlu waspada terhadap perubahan cuaca yang mendadak. “Kondisi angin kencang dan gelombang tinggi masih mungkin terjadi. Nelayan perlu berhati-hati,” imbuhnya.

Sementara itu, intensitas hujan di Kaltim kembali meningkat memasuki April hingga Juli. “Namun, curah hujan tidak setinggi seperti Desember dan Januari yang menjadi puncak musim hujan,” ucapnya.

Artinya tetap lebih rendah dari kondisi sekarang. Kukuh menjelaskan, musim kemarau di Kaltim baru terjadi pada Agustus. Sekaligus menandakan fenomena La Nina telah berakhir.

“Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal,” tuturnya.

Hal iti berpengaruh pada penurunan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik. Lalu mampu meningkatkan curah hujan. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |