BONTANGPOST.ID, Bontang – Dinas Kesehatan Bontang telah mengkalkulasi total kasus penderita demam berdarah dengue (DBD) pada tahun lalu. Jumlahnya mencapai 573 penderita. Rinciannya, 182 penderita di Bontang Selatan, 248 kasus di Bontang Utara, dan 143 Bontang Barat.
Penanggung Jawab DBD Diskes Siti Rahimah mengatakan terdapat satu kasus meninggal dunia pada Januari 2024. Pasien tersebut berdomisili di Kelurahan Gunung Telihan.
“Pada bulan pertama di 2024 merupakan jumlah kasus penderita tertinggi yakni 79. Di tambah satu kasus meninggal dunia,” kata Imah.
Terkait kelurahan dengan jumlah kasus terbanyak kurun setahun yakni Loktuan. Tercatat 74 kasus penderita DBD. Disusul Gunung Telihan dan Berebas Tengah, masing-masing terdiri dari 68 penderita.
Khusus di Desember 2024, jumlah kasus penderita DBD yaitu 20. Lima kelurahan praktis tidak terdapat pasien DBD di waktu tersebut. Mencakup Tanjung Laut Indah, Berbas Pantai, Bontang Lestari, Bontang Kuala, dan Api-Api.
Sementara jumlah kasus terbanyak terjadi di Kelurahan Belimbing dengan empat kasus. Selanjutnya Gunung Elai, Loktuan, dan Guntung masih-masing menyumbang tiga kasus.
“Selama 2024 terdapat tiga kali angka penderita melebihi pola maksimal kurun lima tahun belakangan. Rinciannya di Januari, Agustus, dan September,” ucapnya.
Secara jumlah penderita mengalami peningkatan dibandingkan 2023 yakni 457 kasus. Diskes pun meminta warga waspada. Apalagi beberapa hari belakangan Bontang kerap diguyur hujan. Cuaca demikian jika terdapat media yang bisa menampung air menjadi sarana perkembangbiakkan nyamuk aedes aegypti.
“Jangan sampai lengah, harus tetap waspada,” tutur dia.
Warga juga diminta untuk menutup tempat penampungan air, menaruhkan bubuk abate di bak mandi, hingga memperhatikan tempat penampungan air. Meliputi vas bunga, tatakan dispenser, hingga drum.
Upaya pengasapan bukanlah menjadi jurus ampuh. Pasalnya fogging hanya bisa membunuh nyamuk dewasa. Sementara jentik tetap bisa berkembangbiak meski dilakukan langkah tersebut. Melalui gerakan 3M ini bisa memberantas hingga sumber permasalahan. Utamanya di kawasan yang kerap ada penampungan air
“Khusus evaluasi penerapan Wolbachia baru bisa diketahui pada pertengahan tahun ini,” pungkasnya. (*)