Sumur Minyak Pertamina Meledak di Sangasanga, Sumber Air Tercemar, Bau Gas Menyengat Bikin Warga Takut

2 weeks ago 39

BONTANGPOST.ID, Sangasanga – Ledakan sumur minyak bukan hal baru bagi warga Sangasanga, Kutai Kartanegara (Kukar). Trauma 1988 masih membekas hingga kini. Semburan lumpur yang diikuti bau gas menyengat pada Rabu (18/6) pagi, kembali menghidupkan ketakutan itu.

“Warga langsung mengungsi, ingat kejadian dulu,” kata Chaidiel Ridwan.

Di Musala Al-Hidayah, Sangasanga, warga berkumpul mencari kejelasan, sementara keluarga mengungsikan anak-anak dan lansia. Pria yang menjabat ketua RT 04, Kelurahan Jawa, Kecamatan Sangasanga itu menuturkan, dia baru saja menutup tokonya sekira pukul 04.30 Wita setelah lelah beraktivitas.

Tiba-tiba, gemuruh keras mengguncang udara. Seperti badai yang akan tiba. “Saya kira mau hujan,” kenangnya terkait peristiwa yang terjadi  ditemui Kaltim Post (induk Bontang Post), Minggu (22/6).

Beberapa menit kemudian, telepon berdering. Sekretaris RT melaporkan kebakaran di lokasi pengeboran sumur minyak dan gas (migas) milik Pertamina.

Warga sudah berhamburan ke pinggir jalan, beberapa bersiap mengungsi, trauma kejadian gas beracun tahun 1988 di Noni yang merenggut nyawa masih menghantui. Sementara itu, di rumahnya, Dinarti, penjual lontong di RT 04, terbangun suara ledakan yang ia gambarkan seperti “pesawat jatuh”.

Api membubung tinggi dari rig pengeboran LSE-P715 milik PT Pertamina Hulu Sangasanga (PEP SSA). Bau gas menyengat menusuk hidung, membuatnya tak berani menyalakan kompor.

“Lima hari saya enggak bisa produksi lontong. Biasanya dapat Rp 600-800 ribu sehari, sekarang nol,” keluhnya dengan suaranya bergetar.

Dampak dari bencana itu, air dari keran PDAM berubah kecokelatan, berbau seperti minyak mentah. Warga setempat menyebutnya “lantung”. Badan Dinarti lemas, kaki hingga kepala terasa berat, seperti warga lain yang merasakan hal serupa selama dua hari pasca-ledakan.

Kekhawatiran yang Mengalir Bersama Air Keruh

Tiga hari setelah ledakan (21/6), sekitar 30 warga berkumpul di rumah Dodi Hariyadi, Jalan Habibah, RT 09. Rapat darurat ini dihadiri Camat Sangasanga M Dachriansyah, Kapolsek AKP M Zulhijjah, perwakilan Pertamina, PDAM, hingga Bhabinkamtibmas dan Babinsa. Agenda utama pertemuan itu, membahas keluhan warga soal air PDAM yang diduga tercemar lumpur dan minyak dari semburan sumur LSE-1726 atau LSE-P715. Warga melaporkan air berbau gas dan berminyak, tak layak digunakan, apalagi dikonsumsi.

“Awalnya normal, tapi siang itu air jadi cokelat, bau seperti bensin atau solar,” ujar Chaidiel.

Di wilayahnya, air PDAM memang jarang diminum langsung, hanya untuk mencuci sayur, ikan, atau beras. Air isi ulang jadi andalan untuk memasak. Namun kini, bahkan untuk keperluan sehari-hari, air keran tak bisa diandalkan.

Pihak PEP SSA langsung merespons. Pemeriksaan awal di salah satu rumah warga menyimpulkan air tidak terkontaminasi, namun temuan di lapangan berkata lain. Dinding tangki penampungan air mentah PDAM menjadi licin, diduga akibat lumpur dari semburan sumur yang mengalir hingga ke parit sejauh 2–3 kilometer dari lokasi raw water PDAM.

“Kami temukan indikasi air di intake terpapar minyak,” ungkap Abdul Latif, Direktur Teknik Perumda Tirta Mahakam Kukar, dalam wawancara terpisah. “Sistem pengolahan air kami tak punya unit untuk mereduksi minyak atau hidrokarbon.”

Langkah Darurat di Tengah MTQ

PDAM Sangasanga memutuskan menghentikan operasional distribusi air bersih sementara. Namun, keputusan ini rumit karena bertepatan dengan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat kecamatan yang digelar pada 22–27 Juni 2025. Acara itu membutuhkan pasokan air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK).

Dalam surat resmi bernomor 690/15/PERUMDA-SSG/VI/2025, Kepala Perumda Tirta Mahakam Cabang Sangasanga, Mahfati, menegaskan bahwa air tetap disalurkan untuk MCK, tapi dilarang untuk konsumsi.

“Kami tambahkan bahan kimia dan pasang filter karbon aktif, disediakan Pertamina,” jelas Abdul Latif.

Di sisi lain, Pertamina mengambil sampel air dari raw waterPDAM dan titik distribusi untuk diuji di laboratorium dengan hasil diharapkan keluar dalam 14 hari kerja. PEP SSA berkomitmen menyediakan air bersih, termasuk air galon untuk minum, selama PDAM berhenti beroperasi.

“Mekanisme bantuan akan segera diumumkan,” kata perwakilan Pertamina dalam rapat.

Uji coba penggunaan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan filter karbon aktif juga sedang dipersiapkan untuk menangani kontaminasi. Meski khawatir, warga menyatakan siap membantu distribusi air bersih. Namun, di balik kerja sama itu, ada ketidakpastian. Chaidiel, mewakili warga di ring 1 yang terdampak langsung berharap ada kompensasi atas kerugian yang dialami.

“Warga takut nyalakan kompor karena bau gas. Kami hanya dapat susu beruang, masker, dan suplemen, itu pun tak cukup untuk semua,” ujarnya.

Dinarti menambahkan, “Bantuan cuma masker dan susu, tapi badan saya masih lemas. Kami takut.”

Di lain sisi, Pertamina menegaskan bahwa situasi terkendali. Sampel air sedang diuji, dan langkah teknis seperti penambahan bahan kimia serta filter sedang diterapkan.

Namun, bagi warga seperti Dinarti, yang kehilangan pendapatan selama lima hari, atau Chaidiel, yang terus ditanya warga soal keamanan, janji-janji teknis belum cukup menenangkan. (*)

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |