BONTANGPOST.ID, Bontang – Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni kembali menggugah semangat spiritual masyarakat lewat kegiatan Safari Subuh dan Gerakan Salat Subuh Berjamaah yang telah rutin ia gulirkan sejak 2016.
Pada Ahad (25/5/2025), Neni melaksanakan salat Subuh berjamaah bersama warga di Masjid Hibatullah, RT 32, Kelurahan Api-Api.
Neni menekankan bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil, dan salat subuh berjamaah bisa menjadi awal membangun kebiasaan positif di tengah masyarakat.
“Salat Subuh berjamaah ini semoga menjadi semangat kita untuk membangun kebiasaan baik dan perubahan ke arah yang lebih baik,” ujarnya.
Selain itu, ia juga mengajak warga untuk menerapkan gaya hidup Islami, seperti tidur lebih awal agar bisa bangun malam untuk ibadah tahajud dan dilanjutkan salat Subuh berjamaah di masjid. Ia mengampanyekan gerakan “Bangun Jam 4 Subuh” sebagai budaya masyarakat Bontang.
Dalam kesempatan itu, Neni juga memaparkan 17 program unggulan dari total 128 program dalam RPJMD 2025–2030. Di antaranya yakni Gerakan Bersih-Bersih Masjid, baik secara fisik maupun administrasi keuangan, penanganan stunting dengan pemberian makanan bergizi dua kali sehari untuk anak terdampak.
Kemudian pengentasan kemiskinan ekstrem hingga nol persen, program sepatu dan seragam gratis untuk siswa dengan pemberdayaan penjahit lokal, serta beasiswa pendidikan tinggi hingga jenjang S3 untuk mahasiswa asal Bontang.
Tak hanya itum ia juga menegaskan pentingnya peran RT sebagai ujung tombak pemerintahan, terutama dalam mendata warga miskin ekstrem.
“Tugas RT bukan hanya mengurusi administrasi, tetapi juga memastikan tidak ada warga yang lapar dua hari tanpa diketahui,” tegasnya.
Sebagai bentuk kepedulian, Neni secara pribadi menginfakkan Rp2 juta untuk operasional Masjid Hibatullah. Ia menyambut baik rencana pembangunan pelataran parkir masjid dan pengembangan ruang belajar TPA.
Tak hanya itu, ia juga memberikan kabar gembira bahwa marbot masjid bisa diajukan untuk ikut program Umrah Gratis dari Pemprov Kaltim maupun Pemkot Bontang.
Terakhir, ia mengajak seluruh masyarakat Bontang untuk bersinergi membangun kota, tidak hanya secara fisik, tetapi juga spiritual dan sosial.
“Hidup ini sementara. Yang kekal adalah amal dan pertanggungjawaban di hadapan Allah,” tutupnya. (*)