Waspada, Penyakit Hewan PMK dan LSD Sudah Mulai Menular di Kaltim

3 weeks ago 20

BONTANGPOST.ID, Samarinda – Penyakit mulut dan kuku (PMK) saat ini sudah pada posisi terkendali, tetapi ada penyakit lain yang memang perlu diwaspadai, salah satunya Lumpy Skin Disease (LSD).

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kaltim, Dyah Anggraini, ketika meninjau salah satu peternakan yang ada di Jalan Poros Samarinda-Bontang, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Senin (13/1).

Dyah mengatakan, penyakit PMK positif tertular kepada hewan sapi di Kaltim, sudah terjadi sejak tahun 2022. Hingga kini, pemerintah bersama pihak terkait sudah bisa mengendalikan penyakit itu.

“Nah, untuk kasus terbaru ini penyakit LSD, barusan kita kemasukan di Januari 2025. Kasus ini sudah masuk di Kaltim, khususnya di Kabupaten Paser dan Kutai Kartanegara,” ujarnya.

Sementara di Samarinda sudah ada beberapa gejala yang muncul. Oleh karenanya, sebut dia, perlu ada kerja sama dari semua pihak untuk pengendalian dan penanggulangan dari penyakit tersebut.

“Ada dua cara yang bisa dilakukan yakni biosecurity dan vaksinasi. Namun untuk kasus PMK vaksinnya masih diupayakan, kalau vaksin LSD sudah ada, dan petani atau peternak bila mendapatkan ciri-ciri pada hewan dari dua kasus tersebut, segera melapor ke petugas,” imbuh Dyah.

Untuk ciri-cirinya, kata Dyah, penyakit jenis PMK dapat dilihat dari mulut dan mata hewan. Namun yang lebih terlihat ada pada bagian mulut hewan. Yakni, terdapat lesi atau kerusakan yang bisa mengakibatkan hewan tidak mau makan disertai air liur yang menyerupai busa.

“Sementara untuk kasus LSD, akan mengalami bentol-bentol di permukaan kulit yang bisa menembus hingga ke dalam daging hewan. Penyakit ini jika tidak dikendalikan secara tepat dan cepat, bisa menyebar dengan cepat,” kata Dyah.

Sebab, sambung dia, penyakit LSD penularannya melalui lalat, nyamuk, atau hewan penghisap darah, yang kemudian hewan tersebut dapat berpindah dengan leluasa dan cepat.

“Lalat atau nyamuk bisa terbang ke berbagai kandang. Ini pentingnya dilakukan biosecurity dan juga pengendalian insektisida untuk penanganan LSD,” jelasnya.

Senada, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Samarinda, Darham, menyebut bahwa sebentar lagi masyarakat akan merayakan hari raya Idulfitri dan juga kurban. Itu sebabnya dilakukan peninjauan ini sebagai mitigasi agar pengendalian dua penyakit tersebut bisa dilaksanakan dengan baik.

“Mudah-mudahan dengan penyemprotan ini, wabah tersebut bisa kita tekan. Karena menurut informasi dari Banjarbaru, bahwa Kaltim ini sudah terukur pencegahannya. Dan karena itu juga dari jauh hari kita akan laksanakan pencegahan,” bebernya.

Sementara itu, Widi, pemilik peternakan, mengungkapkan bahwa kandang peternakan miliknya bisa menampung sebanyak 800 hingga 1.000 ekor sapi, yang pembeliannya berasal dari provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun untuk 2025 kandang sapinya masih kosong dan menunggu kabar dari distributor. Oleh karenanya, sembari menunggu kedatangan sapi, penyemprotan dilakukan untuk menjaga kesehatan kandang.

“Kalau sudah tiba di Samarinda kita kondisikan dulu, tidak langsung didistribusikan kepada konsumen. Dipastikan dulu tidak setres, kondisinya juga harus sehat, termasuk dilakukan tindakan vaksinasi PMK dan LSD, juga penyuntikan vitamin, sehingga ketika dikirim kepada pembeli dalam keadaan sehat,” tukasnya.

Kembali ke Dyah, bahwa lalu lintas hewan ini memang memegang peranan dalam penyebaran penyakit. Di Kaltim, rata-rata sapi datang dari NTT, untuk kambing dari sulawesi dan jawa timur.

“Kita juga sudah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan pengawasan lalu lintas hewan. Upaya tersebut juga harus kita tingkatkan kembali, agar bisa mencegah penyebaran melalui lalu lintas hewan,” pungkasnya. (*)

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |