BONTANGPOST.ID, Bontang – Mendiami hutan Kalimantan, orang utan morio atau Pongo Pygmaeus Morio masuk dalam deretan satwa yang dilindungi di Indonesia.
Bergelantungan dari satu dahan ke dahan lain, mencari penghidupan dari satu pohon ke pohon lain. Sesekali berkomunikasi dan berinteraksi antarkelompok dan individu.
‘Nyanyian’ berupa seruan panjang atau long call kerap terdengar memecah heningnya hutan. Entah untuk menarik perhatian orang utan lain, atau sebagai respons spontan. Taman Nasional Kutai (TNK) menjadi salah satu habitat orang utan ini.
Kasubbag Tata Usaha Balai TNK Provinsi Kaltim Ananta Krisna Ginting menuturkan, setidaknya ada satu ekor orang utan per satu kilometer. Sementara kawasan TNK memiliki luas sekitar 192 ribu hektare. Kawasan ini pun termasuk area yang cukup dipadati oleh primata berukuran besar itu.
Di habitatnya, orang utan jantan cenderung hidup menyendiri atau soliter. Biasanya, orang utan jantan hidup bersama beberapa betina dan anak yang akan dilindungi di wilayahnya.
Keunikan satwa di tanah Kalimantan ini membuat banyak penelitian dilakukan oleh pihak luar. Mulai mahasiswa, bahkan peneliti dari luar negeri.
“Tahun lalu ada penelitian dari beberapa universitas dan LSM. Meneliti terkait sifat alami orang utan di habitat aslinya,” tutur dia.
Ia mengungkapkan, sejatinya terdapat beberapa metode pengamatan satwa liar yang biasa dipakai dalam penelitian. Seperti menggunakan camera trap atau kamera jebak. Kamera dipasang satu hingga tiga bulan, untuk melihat pergerakan individu satwa yang terekam.
Selanjutnya pengamatan langsung di dalam hutan, yakni untuk mencatat satwa yang ditemui.
“Ada juga metode khusus untuk mengamati aktivitas orang utan. Yakni penghitungan sarang,” ungkap dia.
Secara umum, jumlah sarang dihitung di sepanjang jalur pengamatan atau selama tracking. Nantinya, sarang tersebut diklasifikasikan berdasarkan kondisinya. Sarang yang ditemukan mengindikasikan keberadaan orang utan di area tersebut. Hal ini pun biasa diterapkan untuk mengamati jumlah populasi orang utan yang hidup di alam liar.
Baru-baru ini, peneliti asal Cornell University USA, melakukan penelitian mengenai orang utan morio. Terutama untuk mendalami keanekaragaman hayati serta perubahan sosial-ekologi. Metode yang digunakan berupa pendekatan suara atau bio-acoustic, yakni merekam suara selama beberapa waktu. Kemudian analisis dilakukan menggunakan gelombang suara. Adapun seluruh penelitian yang ada tetap didampingi oleh petugas.
“Beberapa tahun lalu kami juga pernah bekerja sama dengan peneliti asal universitas di Amerika juga. Jadi ini bukan kali pertama ada peneliti dari luar negeri,” ujarnya.
Lebih lanjut, penelitian yang terus berkembang diharapkan sejalan dengan tetap lestarinya satwa-satwa yang dilindungi. Menjaga keberlangsungan ekosistem, agar orang utan tetap ada dan alam tetap terjaga. (*)