BONTANGPOST.ID, Bontang – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang telah melakukan tinjauan lapangan terkait kondisi akses masuk SMP 7 yang terhalang oleh konstruksi jembatan.
Kepala Disdikbud Bambang Cipto Mulyono mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota (PUPRK) serta direksi Perumda Tirta Taman.
“Kami baru saja melakukan kunjungan ke lokasi tersebut tadi,” kata Bambang.
Dari hasil pembicaraan, akses darurat itu sangat rawan dengan tegangan tinggi milik Perumda Tirta Taman. Mengingat masuk kawasan Water Treatment Plant (WTP) KS Tubun. “Takutnya anak-anak bermain di lokasi tersebut. Jadi akses tidak bisa terus menggunakan yang darurat tersebut,” ucapnya.
Nantinya Disdikbud akan mengusulkan anggaran untuk pembuatan gerbang sekolah baru. Lokasinya di area yang saat ini dipakai untuk kantin sekolah. Sebelumnya pembuatan gerbang sekolah ini tidak masuk dalam batang tubuh APBD Bontang 2025. “Kami akan usulkan di pergeseran anggaran mendahului perubahan. Nilainya berkisar Rp200 juta,” tutur dia.
Ia belum menjelaskan berapa lebar gerbang sekolah nantinya. Tetapi dari akses jalan juga akan ada pelandaian lahan sehingga kondisi gerbang lebih nyaman. Bambang menyebut pembuatan gerbang baru ini bersifat sementara.
Rencananya Disdikbud akan melakukan relokasi sekolah ke Jalan Brokoli Raya, Gunung Elai. Tahun ini anggaran untuk pematangan lahan sudah masuk. Nilainya mencapai Rp1 miliar. “Pematangan ini karena lahan harus ditinggikan. Karena kawasan itu biasanya langganan banjir,” terangnya.
Lokasi lahan baru berada di sekitar SD 010 Bontang Utara. Menurutnya relokasi SMP 7 sangat diperlukan. Mengingat lahan yang ada sudah terbatas. Alhasil pengembangan sekolah sudah tidak bisa dilakukan.
Mengacu Permendiknas 24/2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah, 60 persen dari luasan sekolah harus berbentuk ruang terbuka hijau. Berbentuk taman, lapangan upacara, atau lapangan olahraga.
Apalagi di wilayah Satimpo dan Gunung Elai belum memiliki sekolah negeri jenjang menengah. Tentunya ini selaras dengan konsep zonasi untuk penerimaan peserta didik baru.
Diketahui sekolah ini memiliki 12 rombongan belajar (rombel). Tetapi baru ada sembilan ruang kelas yang tersedia. Desain bangunan baru sudah dikantongi Disdikbud sejak 2021 lalu. Sebelumnya sekolah ini juga menyulap beberapa ruangan untuk menjadi kegiatan belajar-mengajar. Mulai dari aula hingga musala. (*)