UMKM Bontang Dinilai Potensial Berkembang, Namun Perlu Dukungan Beberapa Infrastruktur Penunjang

2 days ago 17

BONTANGPOST.ID, Bontang – Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bontang, Kaltim terus dikembangkan. Penanaman modal di sektor ini terus mencuri perhatian dalam dunia investasi.

Terlebih, kajian strategis oleh Unit Layanan Strategis Pembangunan Sumber Daya Berkelanjutan (ULS-PSDB) Universitas Mulawarman (Unmul) menyatakan bahwa sektor ini begitu potensial.

Sektor UMKM di Bontang dinilai memiliki kekuatan internal yang besar dan peluang eksternal yang menjanjikan, meskipun masih menghadapi tantangan struktural dan sosial.

Menurut Ketua ULS-PSDB Unmul Rahcmad Budi Suharto, melalui kajian ini, potensi UMKM di Bontang berkembang pesat berkat dukungan berbagai pihak, termasuk perusahaan besar seperti PT Pupuk Kaltim (PKT).

“UMKM di Bontang sebenarnya sudah sangat berkembang. Produk seperti pempek, makanan khas lokal, hingga batik lokal sudah memiliki tempat di hati masyarakat. Terlebih, CSR PT PKT sangat membantu dan membina pelaku UMKM,” ungkap koordinator Program Doktoral Ilmu Ekonomi Unmul ini.

Kecamatan Bontang Utara menjadi titik sentral pengembangan ekonomi. Dengan keberadaan kawasan industri besar seperti PT Pupuk Kaltim dan LNG Badak, serta akses ke laut dan 17 pulau yang dimilikinya, kecamatan ini tidak hanya menjadi pusat industri tetapi juga perdagangan dan perikanan.

Produk-produk UMKM seperti Batik Kuntul, Fara Snack, dan Ria Rasa Cake & Cookies adalah bukti konkret geliat ekonomi mikro yang terus tumbuh.

“Selain itu, keberadaan pemuda pelopor ekosistem digital UMKM menambah daya dorong signifikan terhadap transformasi digital sektor ini,” sambungnya.

Sementara itu, Bontang Barat juga menunjukkan potensi serupa. UMKM kuliner seperti Pempek Anda, Abadi Rasa, hingga rumah makan Sari Laut Mbak Zuly menjadi ikon usaha mikro di kawasan ini. Ditambah dengan fasilitas transportasi utama seperti terminal kota dan akses langsung ke Samarinda serta Kutai Timur, Bontang Barat menjadi gerbang ekonomi strategis kota.

Meski begitu, tantangan tetap membayangi. Di Bontang Utara, minimnya laman promosi wilayah, serta rendahnya kesadaran hukum dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan menjadi hambatan.

Di sisi lain, Bontang Barat menghadapi isu sanitasi dari peternakan dan keterbatasan anggaran infrastruktur yang mempengaruhi layanan publik serta kurangnya peraturan daerah yang mengatur sistem peternakan koloni, serta sengketa tanah yang masih menjadi hambatan pengembangan properti dan UMKM.

Dalam kajiannya, Rachmad Budi juga menilai sudah saatnya Pemkot Bontang mulai melirik sektor investasi lain, seperti perhotelan, untuk menopang potensi wisata yang belum tergarap maksimal.

“Saya menyarankan agar Pemkot Bontang mulai berfokus mengembangkan hotel-hotel representatif, setidaknya berbintang tiga. Pariwisata Bontang tidak bisa tumbuh tanpa fasilitas akomodasi yang memadai,” jelasnya.

Melalui kajian ke masing-masing kecamatan, disimpulkan bahwa Bontang membutuhkan integrasi kebijakan lintas sektor, terutama dalam mengoptimalkan pembinaan UMKM, memperkuat infrastruktur digital, serta membentuk ekosistem kolaboratif antara pelaku usaha, pemuda, dan pemerintah.

“Dengan dukungan CSR dari sektor industri besar dan komitmen pemerintah dalam pengembangan UMKM, ditambah strategi investasi cerdas di sektor pariwisata, Bontang berpotensi menjadi kota industri yang juga ramah investasi mikro,” sarannya. (*) 

Print Friendly, PDF & Email

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |