Jakarta, CNN Indonesia —
Polisi Israel telah menangkap dan menahan advokat sekaligus penasihat hukum militer Mayor Jenderal Yifat Tomer-Yerushalmi setelah mengaku membocorkan video penyiksaan terhadap tahanan Palestina, termasuk pemerkosaan, di penjara.
Dalam surat pengunduran dirinya pekan lalu, Tomer-Yerushalmi mengatakan ia mengizinkan publikasi video tersebut demi meredam serangan terhadap tim penyidik dan jaksa militer yang menangani kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus penyiksaan tahanan Palestina ini telah menyebabkan 11 tentara Israel ditahan. Namun, politikus dan simpatisan sayap kanan malah menyerang para penyidik militer termasuk Tomer-Yerushalmi sendiri sebagai “pengkhianat”. Mereka bahkan mendesak proses hukum terhadap 11 tentara ini dibatalkan.
Pada Senin (3/11) malam, Tomer-Yerushalmi telah ditangkap dengan tuduhan penipuan, pelanggaran kepercayaan, penyalahgunaan jabatan, menghalangi proses hukum, serta membocorkan informasi resmi oleh pejabat publik.
Penangkapan dan penahanannya perempuan 51 tahun ini pun menimbulkan pertanyaan serius tentang supremasi hukum di Israel, akuntabilitas atas penyiksaan dan pembunuhan terhadap warga Palestina selama agresi yang oleh komisi PBB disebut sebagai genosida ini.
Kasus yang buat Tomer-Yerushalmi malah jadi ‘musuh negara’
Pada Juli 2024, jaksa penuntut melakukan penggerebekan di pusat penahanan militer Sde Teiman, yang terkenal karena praktik penyiksaan. Penggerebekan ini diikut oleh penahanan 11 tentara untuk diinterogasi.
Belasan tentara ini diduga terlibat dalam penyerangan brutal terhadap seorang warga Palestina di Gaza, termasuk pemerkosaan secara anal.
Korban dilaporkan mengalami luka serius seperti tulang rusuk patah, paru-paru bocor, serta kerusakan rektum dan dirawat di rumah sakit. Tomer-Yerushalmi kemudian memerintahkan penyelidikan atas kasus tersebut.
Namun, pemerintah serta politikus dan komentator sayap kanan menuduhnya merusak reputasi Israel di dunia internasional karena menindaklanjuti kasus itu dan merilis video tersebut.
Pemerintah dan simpatisan sayap kanan malah menuduhnya menggunakan proses hukum sebagai upaya untuk melemahkan negara.
“Insiden di Sde Teiman telah menimbulkan kerusakan besar terhadap citra Negara Israel dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF),” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pernyataan pada Minggu (2/11).
“Ini mungkin serangan paling parah terhadap reputasi publik Israel sejak negara ini berdiri,” paparnya menambahkan.
Setelah penahanan 11 tentara Israel, massa sayap kanan juga berkumpul di luar Sde Teiman menuntut agar penyelidikan dihentikan. Beberapa pengunjuk rasa – termasuk seorang menteri dan dua anggota Knesset bahkan memaksa masuk ke dalam pangkalan militer tersebut.
Pada Agustus 2024, setelah gelombang protes itu, Tomer-Yerushalmi membocorkan video tersebut, dan dalam surat pengunduran dirinya menyebut ia melakukan itu sebagai “upaya untuk membantah propaganda palsu terhadap lembaga penegakan hukum militer.”
Beberapa hari kemudian, lima tentara didakwa dengan tuduhan penyiksaan berat dan menyebabkan luka serius.
Menurut laporan media Israel yang dikutip The Guardian, nama-nama mereka tidak dipublikasikan, dan mereka kini tidak ditahan maupun dikenai pembatasan hukum apa pun.
Namun setelah itu, Tomer-Yerushalmi menolak membuka atau melanjutkan penyelidikan terhadap kasus-kasus kejahatan perang lainnya yang diduga dilakukan banyak personel militer Israel. Menurut media Israel, Haaretz, alasannya karena tekanan publik yang begitu keras.
Hingga kini, hanya ada satu vonis terhadap tentara Israel yang menyerang tahanan Palestina selama perang, meskipun bukti penyiksaan dan kekerasan sistemik di penjara-penjara Israel telah banyak didokumentasikan, dan puluhan warga Palestina meninggal dalam tahanan.
Tidak ada satu pun tentara yang dakwaannya berkaitan dengan pembunuhan warga sipil di Gaza, bahkan setelah sejumlah serangan besar yang memicu kecaman internasional termasuk pembunuhan paramedis dan serangan terhadap tim organisasi kemanusiaan World Central Kitchen.
Serangan terhadap Tomer-Yerushalmi terkait kasus Sde Teiman semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir, setelah muncul laporan bahwa ia adalah pihak yang membocorkan video tersebut. Ia menghadapi tuntutan resmi untuk mundur dan ancaman pribadi di media sosial, bahkan setelah mengumumkan pengunduran dirinya.
Dapat ancaman
Pasangan Tomer-Yerushalmi melapor ke polisi bahwa ia sempat hilang dan mobilnya ditemukan kosong di pantai wilayah Tel Aviv dengan selembar catatan di dalamnya.
Tak lama kemudian, ia ditemukan dan serangan terhadapnya kembali dimulai hanya beberapa menit setelahnya. Komentator sayap kanan Yinon Magal menulis di platform X: “Kita bisa lanjut dengan hukuman massa ini,” disertai emoji mengedip.
Beberapa saat kemudian, massa berkumpul di depan rumahnya, meneriakkan slogan seperti “Kami tidak akan membiarkanmu hidup tenang.”
Menteri Pertahanan Israel Katz bahkan ikut-ikutan menuduhnya “menyebarkan fitnah berdarah.”
Sementara itu, Tomer-Yerushalmi memang menjadi satu dari sedikit pejabat militer Israel yang mendorong penyelidikan independen terhadap dugaan kejahatan perang militer Israel.
Ia beralasan peradilan independen bisa menghalangi pengadilan internasional yang mencoba turun tangan menyelidiki dugaan pelanggaran Israel terhadap warga Palestina.
Jika suatu negara memiliki sistem hukum nasional yang kuat, independen, dan bersedia menindak pelanggaran, maka pengadilan internasional cenderung tidak akan mengambil yurisdiksi.
“Apakah mereka tidak mengerti bahwa kami tidak punya pilihan lain? Satu-satunya cara untuk menghadapi gelombang proses hukum internasional adalah dengan membuktikan bahwa kami mampu menyelidiki diri kami sendiri,” ujar Tomer-Yerushalmi kepada koleganya enam minggu lalu, seperti dikutip jurnalis investigasi Ronen Bergman dalam Yedioth Ahronoth.
(rds)

5 hours ago
4
















































