BONTANGPOST.ID – Ruas Jalan Poros Samarinda–Balikpapan Kilometer 28 di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, kembali mengalami penurunan tanah setelah diguyur hujan deras. Padahal, jalan vital tersebut baru beberapa bulan lalu diperbaiki pascalongsor besar pada Mei 2025.
Penurunan badan jalan terpantau cukup signifikan. Di jalur utama kendaraan, amblesan diperkirakan mencapai sekitar 40 sentimeter. Sementara di sisi pinggir jalan, terdapat titik penurunan tanah hingga satu meter. Kondisi ini kembali memicu kekhawatiran warga karena usia perbaikan jalan terbilang masih sangat muda.
Ketua Relawan Siaga Batuah (RSB) Desa Batuah, Bustan Nur Arifin, menyebut perbaikan terakhir dilakukan sekitar tujuh bulan lalu. Namun, penanganan yang dilakukan dinilai belum menyentuh struktur dasar jalan.
“Kurang lebih baru tujuh bulanan, belum sampai setahun. Kemarin hanya ditimbun lalu diaspal, tidak ada penguatan di bawahnya,” ujar Bustan, Senin (22/12/2025).
Ia menjelaskan, meski jalan masih dapat dilalui kendaraan, kondisi paling rawan justru berada di sisi pinggir jalan. Penurunan tanah di bagian tersebut dinilai berpotensi memicu longsor susulan.
“Kalau di pinggir itu ada yang sampai satu meter, ada juga setengah meter. Yang dilewati kendaraan sekitar 40 sentimeter,” jelasnya.
Bustan menilai penanganan selama ini masih bersifat tambal sulam. Tanpa penguatan struktur seperti penahan tanah atau sistem penguncian timbunan, kerusakan dikhawatirkan akan terus berulang.
“Kalau tidak ditangani menyeluruh, malah makin rontok. Seharusnya seperti di KM 24 atau KM 25 yang pakai penguatan, dipaku bumi atau diberi cangkur,” katanya.
Ia juga mengungkapkan, sempat dilakukan pengalihan arus lalu lintas saat kondisi jalan memburuk. Namun pengalihan hanya berlangsung singkat sebelum dilakukan penanganan darurat berupa penimbunan material.
“Setelah hujan deras, langsung ada tindakan darurat. Didatangkan koral dan ekskavator kecil untuk menutup bagian yang turun,” ujarnya.
Dari sisi dampak, Bustan menyebut satu bangunan warga terdampak di area rawan longsor. Bangunan tersebut sebelumnya telah diperingatkan karena berada di zona terlarang pembangunan.
“Sebenarnya sudah disarankan tidak membangun di situ, tapi tetap dilakukan. Area itu memang zona terlarang,” tegasnya.
Warga berharap pemerintah melakukan penanganan permanen agar jalur penghubung Samarinda–Balikpapan kembali aman dan stabil. “Harapannya diperbaiki secara penuh seperti di KM 24, supaya tidak longsor lagi,” pungkas Bustan.
Sementara itu, Bupati Kutai Kartanegara Aulia Rahman Basri menjelaskan, secara kewenangan, penanganan Jalan Poros Samarinda–Balikpapan berada di bawah pemerintah provinsi atau balai jalan terkait. Meski demikian, Pemkab Kukar tetap mengambil langkah cepat dengan berkoordinasi lintas instansi.
“Karena ini jalan poros, kewenangannya di provinsi. Kami langsung mengarahkan agar segera berkoordinasi dengan balai untuk menentukan langkah penanganan,” jelasnya.
Menurut Aulia, kondisi jalan di Batuah menjadi perhatian serius karena perannya yang krusial bagi mobilitas masyarakat. Meski tersedia jalur alternatif melalui jalan tol, aktivitas warga sekitar masih sangat bergantung pada ruas tersebut.
“Walaupun ada jalan tol, aktivitas masyarakat di sekitar masih menggunakan jalan ini,” katanya.
Pemkab Kukar, lanjut Aulia, akan terus mengawal proses penanganan di lapangan serta memantau dampak terhadap infrastruktur maupun warga di sekitar lokasi terdampak.
“Insya Allah pemerintah daerah akan mengawal persoalan ini, termasuk dampaknya bagi masyarakat. Karena bukan hanya jalannya, tetapi juga warga sekitar yang terdampak,” pungkasnya. (prokal)

















































