Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuntut Rusia mengakui bahwa mereka telah menembak pesawat Azerbaijan Airlines yang jatuh di Kazakhstan pada 25 Desember lalu.
Aliyev bahkan menuduh pemerintahan Presiden Vladimir Putin berusaha menutup-nutupi penyebab kecelakaan pesawat Embraer 190 yang mengangkut total 67 orang tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aliyev mendesak Moskow untuk secara terbuka meminta maaf kepada negaranya, seraya mengatakan bahwa Baku telah mengajukan “tuntutan resmi” kepada Rusia soal ini dua hari lalu.
“Pertama, pihak Rusia harus meminta maaf kepada Azerbaijan. Kedua, mereka harus mengakui kesalahan mereka. Ketiga, pihak yang bertanggung jawab harus dihukum, diajukan ke pengadilan pidana, dan kompensasi harus diberikan kepada negara Azerbaijan, serta kepada penumpang dan awak yang terluka. Ini adalah tuntutan kami,” tegas Aliyev saat diwawancarai oleh stasiun televisi Azerbaijan di Bandara Baku pada Selasa (31/12).
Ia menyampaikan tuduhan tersebut dalam wawancara dengan media pemerintah di bandara Baku pada Selasa (31/12), empat hari setelah kecelakaan berlangsung.
Tuduhan tegas ke Rusia ini juga dilayangkan Aliyev sehari setelah berbicara via telepon dengan Presiden Vladimir Putin. Dalam percakapan itu, Putinmeminta maaf soal kecelakaan Azerbaijan Airlines, tapi tidak mengakui pihaknya yang bertanggung jawab atas insiden itu.
“Fakta menunjukkan bahwa pesawat sipil Azerbaijan mengalami kerusakan dari luar di wilayah Rusia, dekat kota Grozny, dan hampir kehilangan kendali,” kata Aliyev seperti dikutip AFP.
“Kami juga mengetahui bahwa sistem perang elektronik menyebabkan pesawat kami kehilangan kendali… Pada saat yang sama, tembakan dari darat juga merusak parah bagian ekor pesawat,” lanjutnya.
Aliyev mengatakan bahwa meskipun “pesawat kami terkena secara tidak sengaja,” Baku marah karena Rusia tampaknya mencoba menyembunyikan penyebab kecelakaan tersebut.
Ia menyebut bahwa “sangat disayangkan dan mengejutkan” Moskow “mengajukan teori” yang menurutnya “jelas menunjukkan pihak Rusia ingin menutupi masalah ini”, salah satunya soal pesawat tersebut menabrak kawanan burung.
“Selama tiga hari pertama, kami tidak mendengar apa pun dari Rusia selain teori-teori absurd,” tambahnya,
Aliyev menyebut teori tersebut “sama sekali tidak masuk akal,” dengan menekankan bahwa “badan pesawat penuh lubang” usai diselidiki.
Azerbaijan Airlines bernomor J2-8243 jatuh di Kota Aktau, Kazakhstan 25 Desember. Imbas kecelakaan ini, 38 dari 67 penumpang tewas.
Pesawat tersebut terbang dari Baku, Azerbaijan, menuju Grozny, Republik Chechnya. Pesawat sempat mendarat darurat di Aktau. Wilayah udara tersebut masih menjadi bagian wilayah udara Rusia.
Saat kru melakukan dua pendekatan pendaratan di bandara Aktau, pesawat menyimpang dari jalurnya, dan kehilangan komunikasi dengan operator.
Sejumlah pengamat dan pejabat Amerika Serikat menduga Rusia terlibat dalam kecelakaan tersebut.
Beberapa pakar penerbangan menduga Azerbaijan Airlines kemungkinan ditembak sistem pertahanan udara Rusia di atas wilayah Republik Chechnya karena salah sasaran.
Salah satu pejabat Amerika Serikat juga mengatakan ada indikasi awal sistem anti pesawat Rusia menyerang pesawat jenis Embraer 190 itu.
Pada saat itu, Grozny, Mozdok, dan Vladikavkaz sedang diserang drone Ukraina. Sistem pertahanan Rusia berusaha menangkis serangan-serangan tersebut.
(isa/rds)