KELOMPOK Salamander Big Band kembali muncul untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-19 di Balai Pertemuan (BP) Bumi Sangkuriang, Bandung. Di tempat kelahirannya itu pada Ahad malam, 21 September 2025, mereka menggelar konser musik jazz yang dipersiapkan selama enam bulan. Pilihan 20 tembangnya yang bertema cinta dan harapan dilatari dampak pandemi hingga kondisi negara belakangan ini. “Ada kerinduan untuk kembali bermusik dan menghibur penonton agar lebih rileks,” kata Devy Ferdianto, pendiri sekaligus konduktor Salamander Big Band kepada Tempo, Jumat 19 September 2025.
Pilihan Editor: Mengenal JakJazz, Festival Jazz Pertama di Indonesia
Musik Jazz Megah Salamander Big Band
Suasana santai pada konser itu dibangun lewat lagu tema game terkenal “Super Mario Bross” yang menjadi musik pembuka. Selanjutnya mengalun komposisi yang akrab di telinga penggemar jazz seperti “Autumn Leaves”, “Deed I Do”, “Tennesse Whiskey”, “Agua De Beber”, “It’s Alright With Me”, “Georgia”, dan “Just The Two of Us”, pada sesi pertama. Setelah rehat beberapa menit, konser pada sesi kedua memainkan lagu “When You Wish Upon A Star”, “Home Town”, “For Once In My Life”, “New York State of Mind”, “If I Could Write A Book”, “Come Rain or Come Shine”, “It Could Happen To You”, “I Just Found About Love”, serta “Bring Me Sunshine”.
Musiknya yang ramai dan terkesan megah, dimainkan oleh para pemain terompet, trombon, saksofon, bas, gitar, drum, piano, para vokalis, dan konduktor. Total semuanya berjumlah 31 orang. Para penyanyinya yang bergantian tampil yaitu Mahanada sebagai bintang tamu, Gail Satiawaki, Imelda Rosalin, Nenden Shintawati, Lia Amalia, Sekar Teja Inten, serta kelompok vokal Salamander Voices yang terdiri dari Adi Sigera, Irianto Triwaluyo, Lia Amalia, dan Sekar Teja Inten.
Luncurkan Video Musik dengan Vokalis Istimewa
Konser ulang tahun ke-19 Salamander Big Band di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Bandung, Ahad malam, 21 September 2025. Tempo/Anwar Siswadi
Konser malam itu ikut disertai peluncuran video musik lagu berjudul “The Girl from Ipanema” karya Antonio Carlos Jobim yang digubah oleh Roger Holmer. Vokalisnya adalah MS Hidayat alias Pak Hi, Menteri Perindustrian periode 2009-2014, yang berduet dengan Imelda Rosalin, vokalis dan pianis Salamander Big Band. Karya itu, menurut Devy, sebagai bentuk penghargaan atas dukungan MS Hidayat kepada mereka sedari awal grup dibentuk. Sosok penting lainnya yaitu mendiang Arifin Panigoro.
Sempat vakum pada tahun lalu, Salamander Big Band masih berupaya eksis di dunia musik khususnya jazz setelah masa pandemi mengubah pola latihan dan jadwal konser. Sebelumnya mereka rutin mengadakan konser tahunan 2-3 kali, biasanya saat perayaan hari jadi dan menjelang tutup tahun. Sementara pola latihan menurut wakil ketua Salamander Big Band Imelda Rosalin, kini masih dipertahankan tiap Selasa sore atau malam selama kurang lebih 3 jam.
“Menyesuaikan dengan waktu pemain sesudah pulang kerja,” katanya kepada Tempo, Ahad 21 September 2025. Tempat latihannya di studio musik Brantasepuluh atau di Dago Golf Heritage Bandung.
Band menurut Imelda juga beradaptasi dengan absennya Devy yang hijrah dari Bandung ke Ubud, Bali untuk mendirikan studio seni grafis Defvto Printmaking Institut pada 2021. Imelda bertugas mengkoordinir pemain untuk latihan rutin, adapun pelatihnya dua anggota senior yaitu musisi terompet Brury Effendy dan pemain trombon Evan Sinaga.
Walau begitu, Devy tetap memantau dan sesekali datang ke Bandung. Latihan rutin itu diwajibkan untuk mengasah keterampilan pemain, membentuk kekompakan, serta membangun harmoni dengan memakai belasan alat musik. Mereka juga diwajibkan bisa membaca notasi musik dan tunduk pada partitur sehingga tidak bisa berimprovisasi seenaknya walau musik yang dimainkannya itu jazz.
Perjalanan Salamander Big Band
Konser ulang tahun ke-19 Salamander Big Band di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Bandung, Ahad malam, 21 September 2025. Tempo/Anwar Siswadi
Salamander Big Band dibentuk Devy secara mendadak setelah ia mendapat tawaran main di Jazztival 2006 di Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang, Bandung. Penggagas acaranya, mendiang Wawan Juanda, menyangka Devy saat itu masih aktif sebagai musisi Big Band ITB. Padahal Devy sudah keluar dari kelompok yang dibentuknya itu pada 1998. Big Band ITB dirintis Devy pada saat masih kuliah tingkat dua di Seni Grafis ITB. Anggotanya 12-15 orang mahasiswa ITB yang mayoritas memainkan alat-alat musik tiup.
Ambisinya membentuk big band di ITB saat itu muncul setelah mendengar lagu jazz Diane Schuur berjudul “Deedle’s Blues” hasil aransemen Frank Foster yang diiringi Count Basie Orchestra di radio KLCBS Bandung. “Hebat benar terdengarnya,” kata Devy. Setelah mendapat penjelasan dari penyiar acara radio tersebut yang diteleponnya, ia mencari rekaman-rekaman musik big band untuk dinikmati sambil dipelajari. Karena keterbatasan alat, Big Band ITB belum bisa menjadi kelompok yang standar. Setelah lulus dari ITB, upaya Devy makin serius dengan membentuk kelompok baru agar lebih ideal.
Awalnya ia merekrut para musisi alat tiup yang biasa bermain di marching band, serta pemain musik lepasan. Setelah terkumpul sekitar 20 orang anggota, mereka berlatih di studio-studio musik yang ada di Bandung.
Nama Salamander tercetus dari salah seorang anggota karena terdengar enak di telinga. Nama itu kemudian sepakat dipakai setelah Devy mencari kisah hewan itu di sejumlah buku. Salamander dimitoskan lahir dan hidup dari bara api yang secara filosofis dinilai cocok dengan band untuk bertahan hidup. Nama itu kemudian diterapkan menjadi kebiasaan rutin sebelum latihan, yaitu salaman heula karek der, atau berjabat tangan dulu sebelum main bersama.
Tampil di Berbagai Festival Jazz
Mereka pernah tampil di panggung musik seperti JakJazz, Java Jazz, serta Ubud Village Jazz Festival 2021. Meskipun telah kenyang latihan dan pengalaman konser di berbagai tempat selama hampir dua dekade, Salamander Big Band belum memiliki karya dalam bentuk single maupun album. Mereka pernah mengemas album “Salamander Big Band Swinging 12 Indonesian Songs” pada 2007.
Rekaman yang dibuat terbatas itu dibagikan gratis saat konser ulang tahun ketiga di Jakarta dan Bandung. Beberapa tembangnya seperti “Tante Sun” yang dinyanyikan Sam Bimbo, dan Tula R. Samdjoen pada lagu “Di Sudut Bibirmu”. Aransemen lagu pada album itu menurut Imelda dipoles musisi asal Jerman, Frank Reinshagen. “Kami tetap punya rencana serius untuk rekaman, menjadi mimpi yang masih tertunda,” katanya. Salamander berharap bisa merekam lagu-lagu hasil komposisinya sendiri di ranah jazz dengan format big band yang budayanya tidak berakar di negeri ini.