Belanda Kembalikan Fosil Homo Erectus Jawa ke Indonesia

2 weeks ago 28

SETELAH ditunggu lama, akhirnya pemerintah Kerajaan Belanda mengembalikan fosil Homo erectus (dulu disebut Pithecanthropus erectus) ke Indonesia. Fosil manusia purba yang dijuluki “Manusia Jawa” itu dulu ditemukan ahli anatomi Belanda Eugène Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Tengah pada 1891 dan kemudian disimpan di museum di Belanda.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Gouke Moes menyerahkan secara simbolik fosil itu kepada Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon pada Jumat, 26 September 2025 di Naturalis Biodiversity Center, Leiden, Belanda.

Fadli Zon menyebutkan pemulangan ini sebagai pemulihan kedaulatan dan kemenangan strategis Indonesia setelah lebih dari satu abad jejak pengetahuan tentang asal-usul manusia terpisah dari tanah kelahirannya. “Hari ini kita menutup jurang sejarah dan memulihkan martabat pengetahuan yang lahir dari Trinil. Kepulangan koleksi Dubois adalah bukti bahwa diplomasi budaya Indonesia bekerja, kepemilikan sah NKRI diakui, dan akses riset dunia tetap terjaga,” kata dia dalam rilis yang diterima Tempo pada Jumat, 26 September 2025.

Selain fosil Manusia Jawa, Belanda juga akan mengembalikan sekitar 28.000 fosil atau spesimen dari koleksi Dubois, termasuk fosil yang ditemukan Dubois di Sumatra dan Jawa. Selama ini koleksi tersebut dikelola oleh Naturalis Biodiversity Center.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Gouke Moes (kiri) dalam serah terima repatriasi koleksi Eugene Dubois dengan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, di Museum Naturalis, Leiden, Belanda. Dok. Museum Naturalis

Pengembalian itu atas permintaan pemerintah Indonesia. Menurut Gouke Moes, mereka menyetujui permintaan itu atas saran dari Komite Koleksi Kolonial yang independen. “Saran Komite didasarkan pada penelitian yang ekstensif dan menyeluruh. Kami akan menerapkan tingkat ketelitian yang sama dalam bekerja sama dengan Naturalis dan mitra kami di Indonesia untuk memastikan pengiriman (fosil) berjalan lancar,” katanya. “Indonesia dan Belanda meyakini pentingnya koleksi ini untuk tetap menjadi sumber penelitian ilmiah.”

Moes mengatakan koleksi ini merupakan sumber daya berharga yang berkontribusi pada pemahaman ilmiah tentang sejarah evolusi manusia. Benda-benda penting dalam koleksi Dubois antara lain sebuah tempurung kepala, sebuah gigi geraham, dan sebuah tulang paha dari Homo erectus, hominid yang dianggap Dubois sebagai penghubung antara kera dan manusia.

Direktur Jenderal Museum Naturalis Marcel Beukeboom mengatakan, saran Komite yang menyeluruh telah menghasilkan wawasan hukum baru, yang menegaskan pengembalian artefak sebagai jalan yang benar. “Kami berharap dapat melanjutkan kolaborasi penelitian kami dengan para ilmuwan Indonesia dengan antusiasme yang tak terpadamkan,” kata dia.

Fosil-fosil tersebut digali di Indonesia pada akhir abad ke-19 oleh Eugène Dubois. Dari hasil penelitiannya Komite Koleksi Kolonial menyimpulkan bahwa negara Belanda tidak pernah memiliki koleksi Dubois. Komite berpendapat bahwa keadaan saat fosil tersebut diperoleh menunjukkan bahwa kemungkinan besar fosil tersebut diambil di luar kehendak masyarakat, yang mengakibatkan tindakan ketidakadilan terhadap mereka.

Menurut Komite, fosil-fosil tersebut memiliki nilai spiritual dan ekonomi bagi masyarakat setempat, yang dipaksa untuk mengungkapkan situs-situs fosil. Karenanya, Komite merekomendasikan agar koleksi Dubois dikembalikan ke Indonesia tanpa syarat.

Ini adalah keenam kalinya Belanda mengembalikan benda-benda tersebut berdasarkan saran Komite. Moes maupun Beukeboom tidak menjelaskan lebih rinci kapan puluhan ribu koleksi Dubois akan dikembalikan ke Indonesia.

Moes menyatakan pengembalian ini sebagai komitmen Belanda untuk melaksanakan repatriasi koleksi kolonial secara bertanggung jawab. Fadli Zon menyambutnya sebagai langkah bersejarah yang memperkaya riset arkeologi nasional sekaligus mempererat kerja sama budaya.

“Koleksi Dubois kini pulang ke rumahnya, namun pintu ilmu pengetahuan dunia tetap terbuka. Indonesia kini berdiri sebagai subjek pengetahuan, bukan sekadar lokasi temuan,” kata Fadli.

Fadli menuturkan bahwa pengembalian koleksi Dubois ini merupakan hasil kerja panjang Tim Repatriasi Kementerian Kebudayaan yang sejak awal 2025 telah melakukan riset asal-usul dan perundingan intensif dengan Komite Koleksi Kolonial Belanda. Kementerian Kebudayaan RI juga telah menyusun rencana teknis pemindahan koleksi tersebut, yang telah disepakati dengan pemerintah Belanda melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains Belanda. Kedua kementrian juga menyepakati pembentukan tim gabungan untuk mengamankan tahapan pemulangan, memperkuat kerja sama riset bersama pasca-pemulangan, inventarisasi, konservasi, publikasi ilmiah, pameran, digitalisasi, serta peningkatan kapasitas peneliti dan pengelola koleksi.

Harry Widianto, arkeolog di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyambut baik pengembalian fosil Homo erectus. “Saat ini kita berbangga dengan holotipe Homo erectus yang telah kembali ke tanah asalnya setelah lebih dari satu abad merantau ke Eropa dan melengkapi secara signifikan koleksi temuan manusia purba Homo erectus di Pulau Jawa sebagai salah satu tempat evolusi manusia di dunia,” kata Harry kepada Tempo. “Welcome home again, Pithecanthropus erectus!” 

Dengan akan kembalinya ribuan fosil ini, Harry mengajak masyarakat untuk semakin giat meneliti endapan-endapan Pleistosen demi melengkapi signifikansi Homo erectus bagi kajian evolusi manusia. “Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia,” katanya.

Source link

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |