Cerita UMKM Binaan Pertamina Tembus Pasar Global hingga Beromzet Rp1,8 Miliar

13 hours ago 8

Bisnis.com, TANGERANG — Mutiara Gitbay menjadi salah satu UMKM binaan PT Pertamina (Persero) yang mencatatkan perjalanan sukses menembus pasar global.

Ni Made Pipin Fitria Agustini, Founder UMKM Mutiara Gitbay, bercerita bahwa usahanya yang telah berdiri selama 11 tahun ini memiliki fokus bisnis mutiara perhiasan dan emas. Secara rata-rata, omzet yang dia kantongi saat ini di kisaran Rp900 juta—Rp1 miliar per tahun.

Besarnya omzet yang diperolehnya sekarang tak lepas dari peran pembinaan yang dilakukan Pertamina. Pipin mengungkap bahwa bisnisnya makin berkembang usai bergabung dengan UMKM Binaan Pertamina pada 2022. Kala itu, kata Pipin, usahanya mendapatkan pendanaan sekitar Rp200 juta selama 3 tahun dari Pertamina.

Dia menuturkan bahwa Pertamina juga memberikan pelatihan dan menyediakan fasilitas pameran berskala nasional dan internasional kepada para UMKM, termasuk Mutiara Gitbay.

“Saya berkenalan dengan Pertamina itu di tahun 2022, dimulai dengan pendanaan yang diberikan oleh Pertamina kepada saya itu sebesar kurang lebih Rp200 juta selama 3 tahun,” kata Pipin saat ditemui Bisnis di acara Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 di Hall 7 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (19/10/2025).

Produk mutiara milik UMKM Mutiara Gitbay/Bisnis-Rika Anggraeni

Dia bercerita, pada 2022, Pertamina memboyong produk Mutiara Gitbay ke empat negara, yakni Aljazair, Amerika Serikat (AS), China, dan Hong Kong.

Berkat ekspansi pasar tersebut, rata-rata omzet Mutiara Gitbay terus meningkat, bahkan hingga mencapai Rp1,8 miliar pada 2024. Nilainya melonjak dibandingkan periode sebelum dirinya bergabung dengan UMKM Binaan Pertamina. 

Adapun, dia menuturkan bahwa emas dan mutiara menjadi dua produk unggulan dari Mutiara Gitbay. “Jadi fokusnya di emas, main business saya di emas. Kemudian, aksesoris hanya pendamping,” imbuhnya.

Dari sisi harga, Pipin menjelaskan bahwa produk yang dijual oleh Mutiara Gitbay terbagi menjadi dua kategori, yakni emas dan non-emas. Untuk kategori non-emas, harganya mulai dibanderol dari Rp50.000, sedangkan dari emas di kisaran Rp1,5 juta—Rp40 juta.

Perjalanan bisnis Mutiara Gitbay juga tak luput dari pasang surut. Apalagi, bisnis mutiara sangat bergantung pada faktor alam. Pipin menjelaskan, ada kalanya, produksi mutiara tidak bagus imbas makanan utama kerang penghasil mutiara, yakni plankton, tidak berkualitas baik. 

Plankton berkualitas rendah dapat menyebabkan mutiara yang dihasilkan tidak memiliki kilau atau ukuran yang ideal karena nutrisi yang diterima kerang tidak cukup.

“Kalau suka-dukanya mungkin saat mutiara langka, ya. Jadi kan kadang ada fase-fase yang plankton, makanan dari kerang itu jelek atau rusak. Jadi kerang itu tidak ada makanannya. Jadi membuat produksinya juga tidak bagus,” terangnya.

Selain itu, masalah lainnya adalah fluktuasi harga emas yang dalam beberapa waktu ini melonjak. Meski begitu, Pipin mengaku Mutiara Gitbay di bawah UMKM Binaan Pertamina bisa melewati masa-masa sulit itu.

“Jadi emang tantangannya di situ. Tapi dengan segala bentuk pelatihan dan manajemen strategi dari Pertamina, kami bisa melewati semua ini,” imbuhnya.

Tak berhenti di sana, Mutiara Gitbay juga akan melakukan terobosan baru dengan menyasar segmentasi usia remaja generasi Z alias Gen Z membuat aksesoris bros mutiara bergaya mungil. Sebab untuk saat ini, segmentasi pasar dari Mutiara Gitbay adalah di rentang 30–60 tahun.

“Mungkin saya akan masuk ke desain remaja. Selama ini ada [ke segmen remaja], cuma enggak fokus. Mungkin saya akan fokus ke remaja yang simpel-simpel ini baru mulai, bros banyak remaja suka. Jadi dari kerang laut saya buat bros-bros simpel dan mungil. Ini banyak suka yang remaja-remaja Gen Z sekarang,” bebernya.

Pasalnya, berdasarkan hasil survei riset pasar yang dilakukan Mutiara Gitbay, konsumen menyukai barang atau produk dengan bergaya simpel dan tidak terlalu mewah.

“Tapi memang simpel yang bisa digunakan untuk sehari-hari. Jadi saya akan ke depankan yang motif seperti itu. Ditambah mungkin saya akan memperluas segmen pasar lagi. Jadi bisa lebih luas,” ungkapnya.

Ke depan, Pipin berharap Mutiara Gitbay dapat menjalankan usahanya semakin mandiri dengan menjadi UMKM Binaan Pertamina serta dapat menjalin kolaborasi dengan para UMKM lain di Tanah Air.

“Harapannya untuk Pertamina mungkin setelah ini saya bisa semakin mandiri, dan dengan seringnya bertemu dengan teman-teman di pameran Pertamina ini saya makin luas untuk peluang berkolaborasi dengan UKM-UKM lain seluruh Indonesia,” pungkasnya.

Pertamina Boyong 45 UMKM di Trade Expo Indonesia 2025

Pertamina memboyong 45 UMKM binaan unggulan di ajang pameran dagang terbesar di Indonesia, Trade Expo Indonesia (TEI) 2025. Pertamina optimistis produk unggulan UMKM akan menembus pasar ekspor sehingga dapat berkontribusi mendorong perekonomian nasional.

Pertamina mencatat UMKM binaannya berhasil mengantongi transaksi hingga Rp269,8 miliar selama gelaran TEI 2025 pada 15–19 Oktober 2025. Nilai tersebut mayoritas untuk pesanan ekspor senilai Rp267,6 miliar, sedangkan sisanya ritel Rp2,2 miliar.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan, keikutsertaan UMKM binaan Pertamina di TEI 2025 menjadi wujud nyata sinergi antara korporasi, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun daya saing bangsa.

“Pertamina tidak hanya hadir sebagai perusahaan energi nasional, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi rakyat. Melalui program TJSL, kami terus mendukung UMKM naik kelas dan berdaya saing global. Kami percaya, keikutsertaan 45 UMKM binaan ini bukan hanya tentang memamerkan produk, tetapi juga memperkenalkan potensi terbaik bangsa kepada dunia,” ujar Fadjar.

Dalam pameran TEI 2025, Pertamina mengantarkan produk UMKM binaan unggulan untuk menembus pasar global, dengan sektor produk craft (kerajinan, dekorasi, souvenir), fashion ( wastra, batik, tenun, dan modest wear), food & beverage (makanan olahan khas daerah, komoditas olahan, dll). 

Fadjar menjelaskan, UMKM telah melewati proses kurasi sejak April 2025. Kurasi ini berjalan melalui proses seleksi berlapis dari berbagai aspek, seperti kualitas produk, kapasitas produksi, konsistensi, legalitas usaha, kemampuan ekspor, hingga kesiapan branding dan digital marketing.

“Dengan seleksi yang komprehensif, Pertamina memastikan bahwa UMKM binaan Pertamina yang tampil di TEI adalah pelaku usaha yang telah siap bersaing di pasar global, baik dari produk maupun syarat legalitas dan sertifikasi yang diwajibkan untuk menembus pasar luar negeri,” jelas Fadjar.

Selain kurasi, Pertamina telah memberikan dukungan dan pendampingan secara intensif melalui coaching clinic mencakup pelatihan pengemasan merek (branding), pengemasan produk (packaging), dan aspek penceritaan produk (storytelling). Pelatihan berlangsung pada program UMK Academy, program pembinaan Pertamina bagi UMKM.

Selain itu, pelaku UMKM dibekali pelatihan ekspor yang diselenggarakan Pertamina dengan Pusat Pelatihan dan Pengembangan Ekspor Jasa Perdagangan (PPEJP) Kementerian Perdagangan, pada Maret dan September 2025. Pembekalan tersebut menjadi bekal utama bagi UMKM saat melakukan pertemuan dagang dengan calon mitra, baik itu distributor, supplier, pembeli, serta investor.

Melalui berbagai pelatihan tersebut, UMKM telah dibekali pengetahuan ekspor mendasar mulai dari regulasi perdagangan internasional, standar kualitas produk global, penghitungan harga ekspor, serta strategi menembus pasar luar negeri.

Fadjar mengungkapkan, melalui strategi ini, Pertamina tidak hanya memperkuat posisi UMKM binaan sebagai eksportir potensial, tetapi juga membuka peluang penjualan retail dan promosi merek bagi pasar domestik dan global.

“Pendekatan dua arah — ekspor dan retail — menjadi bagian penting dalam memperluas jangkauan bisnis UMKM agar berdaya saing tinggi dan berkelanjutan,” ujar Fadjar.

Read Entire Article
Batam Now| Bontang Now | | |