Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris, menyindir Uni Eropa bersikap standar ganda dalam menyikapi agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina.
Menurut Harris, standar ganda itu bisa dilihat dari perbandingan posisi Uni Eropa selama ini dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina dan Agresi Israel ke Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan Dewan Eropa di Brussel pada Kamis (19/12), Taoiseach (kepala negara) Irlandia itu menyampaikan keinginannya agar Uni Eropa menyoroti dugaan standar ganda terkait dukungan blok tersebut terhadap hukum internasional di Ukraina, tetapi tidak di Gaza.
Kantor berita DPA melaporkan bahwa Harris mengatakan bahwa ketika membahas invasi Rusia ke Ukraina, banyak negara di luar Eropa menanggapi dengan mengangkat isu korban sipil akibat serangan Israel di Gaza.
Harris juga menyinggung respons negara di luar Eropa yang banyak bertanya mengapa Uni Eropa tidak mendukung hukum internasional “dalam konteks Timur Tengah” jika bisa khawatir soal invasi Rusia ke Ukraina.
Sebelum pertemuan berlangsung, Harris juga sempat menyampaikan kepada wartawan bahwa negaranya sendang menggodok undang-undang yang bakal melarang transaksi perdagangan dengan pihak di Israel yang berasal dari wilayah pendudukan di Tepi Barat Palestina. Harris menuturkan beleid itu akan segera disahkan.
Harris juga menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Israel baru-baru ini yang menuduhnya anti-Semit. Menurutnya, komentar itu upaya untuk “mengalihkan perhatian” dari pembunuhan puluhan ribu anak-anak Palestina di Gaza oleh militer Israel.
Serangan pribadi semacam itu, menurut Harris, tidak akan menghalangi Irlandia untuk mempertahankan sikapnya terkait Gaza.
“Apa yang tidak akan terjadi adalah kami terhalang, saya secara pribadi tidak akan terhalang, begitu pula pemerintahan Irlandia saat ini atau berikutnya, untuk terus berbicara dan menyuarakan dukungan terhadap hukum internasional,” kata Harris seperti dikutip The Irish Times seperti dikutip Al Jazeera.
“Saya sangat peduli dengan Eropa, tetapi kami belum melakukan cukup banyak. Kami jauh dari cukup dalam mengakhiri konflik (Palestina-Israel ini,” tambahnya.
(rds)