TEMPO.CO, Surabaya – Dalam sejarah Majapahit, Dyah Gayatri atau Sri Rajapatni, punya peran besar menyelamatkan tahta kerajaan dari upaya kudeta Ra Kuti dan kelompoknya. Sebenarnya sepeninggal Raden Wijaya, Gayatri telah menepi dari keramaian dunia dengan menjadi seorang bhiksuni. Namun setelah Raja Jayanegara mangkat akibat dibunuh oleh Ra Tanca, Gayatri terpaksa turun gunung.
Di tengah kekosongan kekuasaan, istri mendiang Raden Wijaya itu cepat mengambil sikap menjaga singgasana kerajaan agar tak jatuh ke tangan pemberontak. Kecermatan Gayatri mengatur strategi di tengah suasana genting tersebut akhirnya membuahkan hasil. Majapahit terselamatkan. Setelah pemberontakan Ra Kuti berhasil ditumpas oleh Gajah Mada, Gayatri mengangkat putrinya, Tribhuwanotunggadewi, sebagai raja.
Pementasan Drama Tari Gayatri di Tengah Kemelut Majapahit
Kisah kemelut di awal-awal zaman Majapahit itu diangkat dalam pementasan drama tari modern berjudul Urban Youth: Rebellion in Wilwatikta di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur di Surabaya, Jumat malam, 20 Juni 2025. Dari 67 pemain pendukung, 90 persennya merupakan anak-anak muda kota yang tengah kuliah di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya. Adapun 10 persen sisanya dari Institut Seni Indonesia Surakarta.
Pementasan drama tari berjudul Rebellion in Wilwatikta (Pemberontakan di Majapahit), di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Jumat, 20 Juni 2025. Tempo/Kukuh S. Wibowo
Ia menjadi jejak yang terjaga, lentingan energi yang menghidupkan masa depan seni di Jawa Timur. Dalam ruang antara masa lalu dan masa kini, generasi muda Jawa Timur memulai perjalanan menelusuri sejarah rumit keagungan Majapahit. Melalui eksplorasi mendalam tentang kisah-kisah lokal, tindakan tokoh-tokoh sejarah, pembentukan identitas dan nilai-nilai kearifan lokal, pertunjukan itu berusaha merajut kembali narasi kuno menjadi pengalaman estetika yang segar.
Perpaduan instrumen musik dan gamelan menjadi warna tersendiri dalam upaya menyegarkan estetika melalui koreografi yang rancak dan atraktif. Visualisasi itu kian megah dengan dukungan teknologi layar LED, tata lampu, 3D dan audio menggelegar. Monolog maupun dialog dilakukan secara langsung, bukan sekedar sulih suara seperti yang dilakukan drama-drama tari era sekarang.
Art Director pementasa drama, Abing Santoso, mengatakan cerita yang diangkat berangkat dari gagasan bahwa saat ini mulai timbul kecenderungan generasi zilenial menuju generasi Alpha kurang diarahkan oleh sosok seorang ibu. “Padahal di masa lalu kita punya perempuan hebat, pengatur strategi yang jitu, yakni Gayatri,” kata Abing.
Hiburan yang Mempertahankan Tradisi
Agar pesan dalam pementasan drama tersebut sampai ke anak-anak muda perkotaan, ujar Abing, cerita sejarah itu sengaja dikemas kekinian melalui entertain yang menarik namun tetap tidak mengurangi pilar-pilar tradisi yang terkandung di dalamnya. Soal kostum para pemain umpamanya, Abing tetap mempertahankan 75 persen busana bermotif tradisional khas Majapahit, sedangkan 25 persen sisanya merupakan pengembangan. “Khusus busana ini tidak kami ubah agar meloncatnya ke depan tak terlalu jauh,” kata dia.
Pementasan drama tari berjudul Rebellion in Wilwatikta (Pemberontakan di Majapahit), di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Jumat, 20 Juni 2025. Tempo/Kukuh S. Wibowo
Sehingga, menurutnya, pertunjukkan itu layak ditonton anak-anak muda secara langsung ke gedung pertunjukan, maupun lewat media sosial. “Bukannya kami melarang generasi tua ikut menonton, tapi pagelaran ini memang kami kemas untuk generasi ke depannya, khususnya anak-anak yang sedang menuju generasi alpha,” kata Abing.
“Maka dari itu sedikit demi sedikit kami bersama seniman-seniman muda menyusun sebuah konsep epik bagaimana mengenalkan Jawa Timur versi Majapahit dengan amat sangat mudah diterima anak-anak muda perkotaan,” tutur Evy.
Menurut dia sejarah tak hanya dikenang, tetapi mesti dihidupkan kembali dalam bahasa yang dimengerti oleh anak-anak di eranya. Generasi muda Jawa Timur berusaha menelusuri jejak sejarah keagungan Majapahit yang berliku. Dengan mendalami kisah lokal, para seniman muda itu merangkai ulang cerita lama menjadi pengalaman estetika yang baru.
Evy mengaku akan terus berupaya mengenalkan sejarah-sejarah asli Jawa Timur pada anak-anak muda perkotaan melalui beragam konsep dan platform. Pendekatan-pendekatan itu tak boleh berhenti agar nilai-nilai luhur sejarah dimengerti oleh generasi milenial. “Dengan pijakan naskah-naskah kuno yang menceritakan keagungan Majapahit,” kata dia.